Tahun 2007
saya mengunjungi pameran buku internasional di Kairo. Pameran buku ini
dilaksanakan dua minggu setiap tahunnya (satu minggu terakhir bulan
januari sampai satu minggu diawal februari). Setelah membayar karcis
masuk 1 LE, saya memasuki salah satu percetakan besar dan mengambil
sebuah buku seraya menanyakan isi buku tersebut kepada palayan. Dengan
jujur ia menjawab :” saya tidak tahu”.
Pengalaman
ini hampir sama dengan apa yang di alami oleh Dr. ‘Aid al-Qorny dalam
kunjunjungannya kepepustakaan kongres Amerika tahun 1410 H. Pengarang
buku best seller “La-Tahzan” ini menemukan buku yang luar biasa banyaknya diberbagai bidang Ilmu pengetahuan. Kemudian ia menanyakan sebuah buku
yang tidak popular kepada salah seorang karyawan perpustakaan yang
kebetulan berkebangsaan Mesir. Setelah menekan tombol di Keyboard
komuputer, karyawan tersebut memberitahukan dimana buku tersebut berada.
Disana Dr. ‘Aid Al-Qorny menemukan ratusan ribu examplar buku, tetapi
ia menemukan sebuah keanehan. Mengapa buku yang banyak tersebut belum
menunjuki bangsa Amerika kepada agama Allah (Islam), dan belum menunjuki
mereka kejalan yang benar. Mungkin inilah rahasia dari firman Allah SWT yang berbunyi:
يعملون ظاهرا في الحياة الدنيا وهم عن الآخرة هم غافلون
Jika
kamu melihat seseorang yang memiliki perpustakaan dengan ratusan ribu
bahkan jutaan examplar buku, tidak usah heran dan kaget sebelum
mengetahui kadar keilmuan pemiliknya. Karena seseorang dikatakan berilmu
bukan karena ia memiliki koleksi buku tetapi bagaimana ia membaca,
memahami dan mengamalkan ilmu yang ia miliki. Karena ilmu sebenarnya
bukan yang ada didalam tumpukan buku tetapi yang ada didalam dada kita.
Didalam surat al-Jum’ah Allah berfirman:
Artinya:
“Perumpamaan orang-orang yang dipikulkan kepadanya Taurat, Kemudian mereka tiada memikulnya adalah seperti keledai yang membawa kitab-kitab yang tebal. Amatlah buruknya perumpamaan kaum yang mendustakan ayat-ayat Allah itu. dan Allah tiada memberi petunjuk kepada kaum yang zalim”. (QS. Al-Jum’ah ayat )
“Perumpamaan orang-orang yang dipikulkan kepadanya Taurat, Kemudian mereka tiada memikulnya adalah seperti keledai yang membawa kitab-kitab yang tebal. Amatlah buruknya perumpamaan kaum yang mendustakan ayat-ayat Allah itu. dan Allah tiada memberi petunjuk kepada kaum yang zalim”. (QS. Al-Jum’ah ayat )
Atau seperti perkataan seorang penyair Arab:
كالعير في الصخراء يقتله الطما والماء فوق ظهورها محمول
Laksana kafilan onta yang hampir mati kehausan
Padahal ia membawa air diatas punggungnya
Maka bagi saya seorang yang memiliki sebuah mushaf
kemudian ia membaca, merenungkannya serta mengamalkannya jauh lebih
bermanfaat daripada seseorang yang memiliki koleksi jutaan examplar buku
tetapi tidak dimanfaatkan dengan sebaik-baiknya.
Dalam perjalanan pulang kekampung halaman setelah menuntut ilmu di Thurs,
Imam Ghazali beserta rombongannya dicegat oleh para perampok. Mereka
merampas seluruh harta kekayaan yang dibawa rombongan termasuk milik
Imam Ghazali. Kemudian Imam Ghazali mengikuti para perampot tersebut
hingga sampai kemarkas mereka. Tatkala melihat imam Ghazali, salah
seorang perampok berteriak:”Kembalilah! Jika tida kamu akan mati!”. Imam
Ghazali menjawab:” Demi zat yang kamu harapkan keselamatan darinya,
tolong kembalikanlah milikku. Itu sama sekali hanya sesuatu yang tidak
bermanfaat bagimu”. Ia bertanya:” Apa isinya?”. Imam
Ghazali menjawab:” Ia hanya sebuah buku, saya sengaja pergi ke Thurs
untuk mendengakannya dari penulis, menulis isinya dan mengetahui
ilmunya”. Perampok itu ketawa seraya berkata:” Bagaimana kamu bisa
mengatakan bahwa kamu mengetahui ilmunya padahal kami telah mengambil
bukumu dan sekarang kamu sudat tidak memiliki ilmu lagi?”. Perampok
tersebut kemudian menyuruh salah seorang temannya untuk mengembalikan
buku Imam Ghazali. Imam Ghazali kemudian berkata:” Allah sengaja
membimbingnya untuk mengucapkan ucapan tadi untuk menunjuki saya
padanya. Setelah kembali kekampung halaman saya langsung menghafal
seluruh ilmu yang saya pelajari sehingga jika senadainya saya di cegat
perampok lagi maka saya tidak akan kehilangan ilmu”.
Ini semua memberikan pelajaran kepada siapa saja yang mau berfikir bahwa ilmu tidaklah cukuk diatas tumpukan kertas, tetapi
harus dipelajari dan diamalkan sehingga bermanfaat didunia maupun di
akhirat kelak. Ilmu tanpa diamalkan laksana pohon tanpa buah atau dengan
bahasa Al-Qur’an laksana sekor keledai yang membawa tumpukan buku. Na’udzu billahi min Dzailk. Wallohu A’lam
0 komentar:
Posting Komentar