Rabu, 27 Februari 2013

Jilbab Saya Lebih Berharga Dibanding Uang Yang Anda Tawarkan



Orang bilang, selalu ada godaan besar saat kita berpegang teguh pada sebuah keputusan. Bagaimana seseorang menanggapi godaan itu, apakah akan tetap kuat pada pendirian atau goyah, tergantung masing-masing orang. Saya pernah berada dalam situasi itu, mendapat materi melimpah, tetapi harus melepas kewajiban saya sebagai seorang muslimah.

Saya adalah wanita sederhana, dibesarkan oleh keluarga yang memiliki pikiran modern. Sejak kecil, saya dibebaskan untuk mengambil keputusan apapun. Orang tua saya tidak pernah meminta saja harus masuk sekolah mana, harus masuk jurusan apa, tidak seperti orang tua kebanyakan, yang sering memaksa anak mereka melakukan sesuatu yang bertentangan dengan kata hati. Maka saya tumbuh menjadi gadis mandiri yang ambisius. Menurut saya, ambisius itu bagus, karena tanpa sikap ambisius, seseorang hanya akan jadi pemalas yang membebani orang lain.

Sikap itu membuat saya selalu mendapatkan nilai-nilai terbaik di sekolah. Mendapat beasiswa menjadi hal biasa, karena tanpa mengajukan beasiswa sekalipun, sekolah selalu mengajukan saya untuk menerima beasiswa berprestasi. Tentu saja saya bersyukur, karena itu adalah bukti bahwa saya tidak main-main dengan pendidikan, saya juga bisa meringankan beban kedua orang tua. Bagi saya, pendidikan adalah jalan terbaik untuk pegangan masa depan. Setidaknya, kelak saya akan menjadi ibu, maka pengetahuan adalah salah satu pondasi kuat untuk mendidik anak-anak, dengan agama sebagai pondasi agama tentunya.

Walaupun ambisius, saya tidak meninggalkan nilai-nilai agama yang sudah diberikan kedua orang tua saya. Saya tidak pernah dipaksa memakai busana muslimah atau jilbab. Kesadaran itu datang saat saya duduk di kelas 3 SMA. Ada keyakinan kuat untuk memperbaiki penampilan saya. Maka sejak saat itu, saya selalu memakai jilbab. Sedikit demi sedikit belajar memakai jilbab sesuai yang diperintahkan. Bukan hal yang mudah, saat itu masih sedikit yang memakai jilbab. Kadang saya masih iri dengan teman-teman saya yang bisa memakai pakaian dengan jenis yang beragam. Beruntung, saya tetap bertahan dengan keputusan saya.

Tahun berlalu dan saya lulus dari sebuah perguruan tinggi sebagai Sarjana Akuntansi di tahun 2003. Sama seperti lulusan pada umumnya, saya mulai melempar surat lamaran kerja di berbagai perusahaan. Dengan nilai yang memuaskan, bukan hal yang sulit untuk menerima panggilan kerja. Hingga saya berhasil melewati empat tahapan tes di sebuah bank swasta yang cukup terkenal. Saat memasuki tahap wawancara, pihak bank tersebut menawarkan posisi dan jabatan yang jarang didapat oleh fresh graduate seperti saya. Menurut mereka, saya punya kemampuan analisis yang baik, sehingga sangat mungkin ditempatkan di posisi yang lebih tinggi dibanding posisi yang saya lamar.

Saya bahagia, seperti mendapatkan berkah yang besar sekali. Tetapi kebahagiaan saya hanya sesaat, karena pihak bank meminta saya untuk mengikuti salah satu syarat yang ada, yaitu memakai seragam untuk karyawati. Seragam tersebut memakai kemeja, blazer lengan panjang, dan rok selutut. Rambut harus diperlihatkan dan digulung rapi. Dengan kata lain, saya harus melepas jilbab dan pakaian muslimah yang melekat di tubuh saya.

Menanggapi hal itu, saya mencoba melakukan tawaran untuk memakai seragam rok panjang dan memakai jilbab yang rapi. Tetapi peraturan bank tersebut tidak bisa dengan mudah diganti begitu saja. Sehingga mereka kembali menawarkan gaji dan bonus yang sangat besar. Jujur, saya manusia biasa, jumlah uang yang ditawarkan sangat banyak. Saya bisa memberangkatkan orang tua ke Tanah Suci, itu adalah salah satu cita-cita saya. Saya bisa mewujudkan cita-cita itu dalam waktu beberapa bulan saja.

Hati saya seolah mengalami pertengkaran. Pihak bank bersedia menunggu jawaban saya selama tiga hari. Selama tiga hari, saya curhat dengan orang tua terlebih dahulu. Mereka menganggap saya sudah dewasa untuk mengambil keputusan, sehingga semua diserahkan kembali pada saya. Batin saya belum tenang, kesempatan tidak datang dua kali. Tetapi apakah saya harus mengorbankan perintah Allah SWT demi semua materi itu? Setelah melakukan Salat Istikhaarah, saya mantap untuk menolak tawaran itu. Saya menolaknya dengan halus, pihak bank juga melepas saya dengan baik.

Tidak apa-apa, mengapa takut kekurangan materi, karena saya yakin, Allah SWT lebih kaya dibandingkan tawaran yang diberikan. Mengenai impian untuk kedua orang tua saya, naik haji, pasti ada jalan. Niat baik selalu mendapat jalan yang baik, saya percaya akan hal itu.

Dua bulan setelah kejadian tersebut, saya diterima bekerja di sebuah bank pemerintah. Memang, gajinya tidak sebesar tawaran yang lalu, tetapi hati ini tenang karena saya diizinkan memakai seragam yang sesuai. Jika percaya akan sebuah keyakinan, maka itulah yang terjadi. Pihak bank menilai prestasi kerja saya sangat bagus. Bonus mengalir hampir setiap bulan. Sedikit demi sedikit saya menabung, untuk masa depan saya dan tabungan haji kedua orang tua.

Alhamdulillah, di tahun 2008, kedua orang tua saya berangkat ke Tanah Suci. Saya tidak ikut, biarlah kedua orang tua saya berangkat terlebih dahulu, saya yakin suatu saat kelak akan menyusul ke sana.

Sekarang, kehidupan saya lebih baik. Saya juga sudah menikah di tahun 2009. Bersama suami saya, kami sudah punya tabungan sendiri untuk pergi ke Tanah Suci, semoga impian kami terkabul beberapa tahun lagi.

Itulah kisah saya yang sempat goncang saat melihat sejumlah materi yang ditawarkan. Tetapi keyakinan saya memilih untuk tetap di jalan-Nya, dan saya tidak menyesali keputusan tersebut, tidak sedikitpun.

*Definisi sabar


Saya itu kadang tergoda menulis definisi. Padahal itu tidak baik. Selalu lebih baik menyampaikan sesuatu lewat cerita, simbol, kiasan, lantas membiarkan pembaca menyimpulkan sendiri definisinya.

Apa itu sabar? Sabar adalah.... Nah, kan, saya lagi2 tergoda untuk menulis definisi.

Baiklah, akan saya jelaskan saja dengan cerita.

Seorang remaja disuruh Ibunya menunggu di pintu pasar, sementara Ibunya akan berbelanja di dalam selama empat jam. Maka apa itu sabar?

1. Si remaja menunggu empat jam, tidak beranjak dari pintu pasar, hingga Ibunya datang. Satu dua dia mengeluh, aduh, alangkah lamanya Ibu. Bertahan lagi. Tergoda hendak duluan pulang. Bertahan lagi. Mengeluh lagi, aduh, apa sih yang Ibu beli. Tapi syukurlah meski berkali2 tergoda, mengeluh, dia tetap di pintu gerbang itu selama empat jam.

2. Si remaja menunggu empat jam, tidak beranjak dari pintu pasar, hingga Ibunya datang. Tidak sekalipun dia tergoda, tidak sekalipun dia mengeluh. Dia sungguh yakin, Ibunya akan muncul setelah empat jam berlalu, dan mereka bisa pulang bersama. Selesai. Keren sekali, empat jam yang hebat. Si remaja berdiri gagah di pintu gerbang, tersenyum yakin.

3. Si remaja menunggu empat jam, tidak beranjak dari pintu pasar, hingga Ibunya datang. Aduhai, dia tidak sekali tergoda, tidak sekalipun mengeluh, yakin Ibunya akan muncul, dan tidak hanya itu. Dia memutuskan diri untuk menyibukkan diri di pintu pasar itu. Ada nenek2 repot membawa belanjaan ke atas becak di pintu gerbang, dia bantu dengan sukarela. Ada anak-anak yang tersesat, ditinggal orang tuanya, dia bantu lapor ke petugas keamanan di pintu gerbang. Bahkan dia sempat belajar memperhatikan bagaimana pedagang dawet yang mangkal di sebelahnya. Jadi tahu bagaimana tips membuat dawet yang enak. Juga bercakap-cakap dengan pedagang lain. Mencatat banyak hal dalam pikiran. Empat jam berlalu tidak terasa, banyak sekali kebajikan dan ilmu bermanfaat yang diperolehnya, hingga Ibunya keluar dari pasar.

Nah, apa itu sabar? Sabar adalah.... Tidak. Tidak my dear anggota page; kalianlah yg seharusnya menemukan definisi2 itu. Dengan memperhatikan, dengan mengamati, dengan mendengarkan nasehat2 yang baik. Dipikirkan, direnungkan. Maka, mau seperti apa orang lain mendefinisikan sesuatu--dalam hal ini definisi sabar, kalian memiliki versi sendiri yang kalian yakini, lantas gunakan dalam hidup keseharian. Itulah sebenar2nya definisi.

Dan itulah juga yang selalu disebut: pemahaman yang baik.

hijab ...

1. #HIJAB dirimu dg #KERUDUNG syar’i lalu sempurnakan dg #JILBAB syar’i
2. Apa itu #HIJAB? | #HIJAB itu KESEDERHANAAN bukan KEMEWAHAN
3. Sprti apa #KERDUUNG syar'i? | tutupi kepala julurkan sampai dada bukan penghias kepala lalu menonjolkan dada
4. Sprti apa #JILBAB syar’i? | terhimpun ke seluruh tubuh, tdk tipis, tdk ketat (≧◡≦)
5. Knp #HIJAB? | tutup aurat wajib hukumnya (。◕‿◕。)
6. Knp #HIJAB? | seindah2nya pakaian itu pakaian TAQWA, cek Al-Qur’an Al-A’araf (7) ayat 26
7. Knp #HIJAB? | Aku sayang Ayahku (✿◠‿◠), anak gadis yg tak mnutup aurat akan menyeret Ayahnya ke neraka.
8. Knp #HIJAB? | Aku sayang suamiku, istri yg tak mnutup aurat juga bs menyeret Suaminya ke neraka.
9. Knp #HIJAB | itu bentuk kecil dr ketaatan o(ˇ▼ˇ o)(o ˇ▼ˇ)o
10. Knp #HIJAB | krn Allah tdk akan mnunda kematian sseorang, cek Al-Qur’an surat Al-Munafiqun (23) ayat 11, jadi tak akan aku tunda2
11. Jadi, kapan mau ber#HIJAB? | *teriakan SEKARAAANG \(=^O^)/

Inilah Negeriku.."


Mulai dari bangun tidur..
- minum Aqua ? (74% sahamnya
milik Danone, Perancis).
- minum Teh Sariwangi (100%
... saham milik Unilever, Inggris).
- minum Susu SGM milik Sari
Husada (82% sahamnya dikuasai
Numico Belanda).
- Lalu mandi pakai Lux dan
Pepsodent (Unilever, Inggris).
- Lalu sarapan berasnya beras
impor dari (Thailand) (BULOG pun
impor), Gulanya juga Impor
(Gulaku).
- Mau santai habis makan,
rokoknya Sampoerna (97% saham
milik Philip Morris Amerika).
- Keluar rumah naik motor/mobil
buatan (Jepang, Cina, India, Eropa)
tinggal pilih.
- Sampai kantor nyalain AC buatan
(Jepang, Korea, Cina).
- Pakai komputer, HP operator
Indosat, XL, Telkomsel semuanya
milik (asing ; Qatar, Singapura,
Malaysia).
- Pulang kerja mau belanja ? Ke
Carrefour, punya (Perancis).
- Kalau gitu ke Alfamart (75%
sahamnya Carrefour).
- Bagaimana dengan Giant ? Ini
punya Dairy Farm International,
(Malaysia) yang juga Hero.
- Malam-malam iseng nongkrong
di
Circle K dari (Amerika).
- Ambil uang di ATM BCA,
Danamon, BII, Bank Niaga
semuanya sudah milik (asing)
walaupun namanya masih
Indonesia.
- Bangun rumah pakai semen Tiga
Roda Indocement sekarang milik
Heidelberg (Jerman, 61,70%).
- Semen Gresik milik Cemex
(Meksiko).
- Semen Cibinong milik Holcim
(Swiss).
Masih banyak lagi kalau mau
diterusin.
- By the way, BB atau HP Anda-
pun buatan (China), beda tipis
sama Android saya yang buatan
(Korea).
Sadarkah Indonesia saat ini
sedang
terjajah ?
Bahkan untuk hidup di negeri ini
pun sulit.
Tenang....minimal kita masih punya
KORUPTOR ASLI Indonesia !
Bukan begitu ? hehe..
But I STILL LOVE INDONESIA !

::.. 3 KATA PERLU DIHINDARI ..::


♥ Bismillahirrahmaanirrahiim ♥

1. SAYA TIDAK BISA (I Can't)
Ketika Anda berkata "saya tidak
bisa", maka pintu pikiran Anda
tertutup untuk mencari jalan dan
mencoba. Sebaliknya jika Anda
berkata saya bisa! Ini akan
membuat otak kita bekerja
mencari jalan....

2. TIDAK MUNGKIN (Impossible)
Orang-orang yang sering berkata
"tidak mungkin" akan menutup
berbagai pintu keajaiban. Dengan
sikap seperti ini mereka akan sulit
meraih sesuatu yang hebat. Karena
hampir segala sesuatu yang kita
nikmati hari ini adalah sesuatu
yang mustahil di hari kemarin.
Selalu ada keajaiban setiap hari,
bagi org yg percaya...

3. SAYA SUDAH TAHU (I Know)
Setiap kali Anda mengucapkan
bahwa "saya sudah tahu",
sebenarnya Anda sedang menutup
pintu pembelajaran. Sehingga kita
tidak lagi berusaha untuk
mempelajari hal-hal baru. Padahal
dalam kehidupan selalu ada hal
baru yang dapat kita pelajari setiap
harinya.

DAHSYATNYA ISTIGHFAR 100 KALI SEHARI


Bismillahir-Rahmaanir-Rahim ...

Saya punya kenalan seorang ustad yang sukses menjadi penolong banyak permasalahan orang. Mulai pingin jodoh, seret rejeki, hingga ingin punya anak. Ternyata saran dia sangat sederhana pada orang-orang tersebut, yaitu membaca ISTIGHFAR minimal 100x sehari….!

Tahukah anda? Istighfar sama juga dengan sedekah. Pahala dan efek yang ditimbulkan dari amalan ini berhubungan erat dengan janji Allah. Allah telah menjanjikan hadiah bagi siapa saja yang membaca ISTIGHFAR. Janji Allah… adalah janji yang PASTI DITEPATI.

Janji Allah pada orang yang senantiasa membaca ISTIGHFAR yang berhubungan dengan rejeki, anak, dan kebahagiaan dunia.

Allah SWT berfirman :

”Maka aku katakan kepada mereka:”Mohonlah ampun (istighfar) kepada Tuhanmu, sesungguhnya Dia adalah Maha Pengampun, niscaya Dia akan mengirimkan hujan kepadamu dengan lebat, dan memperbanyakkan harta dan anak-anakmu, dan mengadakan untukmu kebun-kebun dan mengadakan (pula didalamnya) untukmu sungai-sungai.” (QS.Nuh: 10-12).

Tahukah anda? Istighfar membuat Allah senang lho, sungguh rugi jika kita tidak mengucapkannya secara rutin setiap hari. Berikut ini sabda Rasulullah saw tentang hal itu.

Rasulullah saw bersabda :

“Sungguh, Allah lebih gembira dengan taubat hamba-Nya daripada kegembiraan salah seorang dari kalian yang menemukan ontanya yang hilang di padang pasir.” (HR.Bukhari dan Muslim).

Sabda Nabi Muhammad buat orang yang senantiasa membaca ISTIGHFAR :

Rasulullah saw bersabda :

”Barangsiapa yang senantiasa beristighfar, maka Allah akan memberikan kegembiraan dari setiap kesedihannya, dan kelapangan bagi setiap kesempitannya dan memberinya rizki dari arah yang tiada disangka-sangka,”(HR.Abu Daud, Ibnu Majah dan Ahmad).

Dengan membaca beberapa uraian di Alqur’an dan hadist ini, saya sangat yakin dengan kebenaran cerita ustad kenalan saya itu. Bahwa istighfar adalah solusi 1001 masalah kehidupan bagi siapa saja.

Tapi ada satu hal yang harus diingat, istighfar yang diucapkan bukanlah sekedar ucapan belaka. Harus didasari dari hati, merupakan ungkapan taubat dan permintaan maaf atas segala dosa-dosa kita kepada Allah SWT. Dan yang terpenting JANGAN MENGULANG DOSA YANG TELAH LALU …..

Semoga artikel ini membawa manfaat dan kebaikan buat kita semua .. SELAMAT MENGHADIRKAN SENYUM ILAHI DALAM HIDUP KITA lewat istighfar. Mari sama-sama mengucapkan istighfar minimal 100x sehari, semoga kita menjadi makhluk yang dicintai Allah SWT. Aamiin …..

~ o ~

Jumat, 22 Februari 2013

RELA DENGAN GARIS KETETAPAN-NYA




Ilustrasi dari Inet
Saudaraku..
Suatu hari Sa’ad bin Abi Waqqash ra mengunjungi Mekkah. Ketika itu (di masa tuanya) penglihatannya sudah tiada berfungsi lagi. Penduduk Mekkah yang mengetahui keutamaan Sa’ad, di mana ia memiliki ketajaman do’a, maka mereka berbondong-bondong mendatangi Sa’ad. Setiap orang minta dido’akan seperti apa yang mereka hajatkan.
Abdullah bin Saib berkata, “Akupun mendatangi Sa’ad, kala itu aku masih remaja belia. Saat aku menyapanya, ia telah mengenaliku. Ia berkata, “Bukankah engkau qari’nya penduduk Mekkah?.”
“Iya,” jawabku.
Aku berkata, “Wahai (Sa’ad) pamanku, engkau telah banyak mendo’akan orang lain. Mengapa engkau tidak berdo’a untuk dirimu sendiri agar Allah mengembalikan penglihatanmu?.”
Saad menjawab, “Wahai anakku, garis ketetapan-Nya jauh lebih baik dari pada penglihatanku.”
(Mi’ah kisah min qashashi ash shalihin, Muh bin Hamid Abdul Wahhab).
Saudaraku..
Butir-butir pelajaran dan hikmah dari dialog imani antara Sa’ad dan Abdullah bin Sa’ib.
• Tidak semua sahabat memiliki ketajaman do’a. di antara sahabat yang memiliki keutamaan ini adalah Sa’ad bin Abi Waqqash dan Sa’id bin Zaid, adik ipar Umar bin Khattab ra.
• Keteladanan sikap itsar (mendahulukan orang lain) dari Sa’ad bin Abi Waqqash. Ia senantiasa mendo’akan orang lain terlebih dahulu sebelum berdo’a untuk dirinya sendiri. Itsar merupakan derajat ukhuwah tertinggi, yang jarang kita saksikan di zaman ini. Atau bahkan belum pernah kita jumpai.
• Disyari’atkannya bertawassul kepada Allah swt dengan perantaraan do’a orang-orang shalih. Terlebih kepada orang yang dikenal ahli ibadah dan zuhud terhadap dunia.
• Menerima ketetapan Allah swt dan sabar dengan ujian-Nya merupakan tanda kekuatan dan kejujuran iman seseorang. Karena kuat atau lemahnya iman kita salah satu alat pengukurnya adalah keistiqamahan kita di atas ujian dan cobaan-Nya.
• Do’a adalah senjata kita dan rahasia kemenangan kita. Saling mendo’akan antar sesama mukmin akan mengalirkan kekuatan dan keseimbangan dalam hidup.
• Kita dikenal dan dikenang oleh manusia bukan karena kita anak pejabat, kekayaan, dan yang lainnya. Tapi kita dikenal dan popular di tengah-tengah masyarakat karena prestasi kita. Baik prestasi ubudiyah, kepakaran di bidang al Qur’an, ilmu pengetahuan, sedekah dan yang senada dengan itu. Dan Abdullah bin Sa’ib adalah contohnya. Di usia muda ia sudah dikenal masyarakat sebagai Qari’nya ahlu Mekkah.
• Popularitas tidak dilarang. Yang menjadi aib adalah apabila kita bekerja, beraktifitas dan berjuang demi meraih popularitas. Bukan mencari ridha Allah swt.
Saudaraku..
Mari kita berbagi do’a, menyambung dan minta dido’akan kebaikan dan ampunan kepada orang lain. Terlebih kepada mereka yang telah masyhur keshalihan dan elok kepribadiannya. Wallahu a’lam bishawab.
Sumber:Status Ustadz Abu Ja’far
(http://www.facebook.com/profile.php?id=100000992948094)

Dosa-dosa Kecil Yang Dapat Berubah Menjadi Dosa Besar




Ketika hendak melakukan dosa, janganlah melihat kepada kecilnya dosa. Namun lihatlah, kepada siapa dia berbuat dosa? Patutkah bagi seseorang yang diciptakan dan diberi oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala sarana yang lengkap dan cukup, lantas melanggar larangan-Nya?!
Sesungguhnya suatu dosa bisa menjadi besar karena hal-hal berikut:
1. Dosa yang dilakukan secara rutin. Sehingga dahulu dikatakan: “Tidak ada dosa kecil jika dilakukan terus menerus, dan tidak ada dosa besar jika diikuti istighfar (permintaan ampunan kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala).”
2. Menganggap remeh suatu dosa. Ketika seorang hamba menganggap besar dosa yang dilakukannya maka menjadi kecil di sisi Allah Subhanahu wa Ta’ala. Namun jika ia menganggap kecil maka menjadi besar di sisi Allah Subhanahu wa Ta’ala. Disebutkan dalam suatu atsar bahwa seorang mukmin melihat dosa-dosanya laksana dia duduk di bawah gunung di mana ia khawatir gunung itu akan menimpanya. Sedangkan orang durhaka melihat dosa-dosanya seperti lalat yang hinggap di hidungnya lalu dia halau dengan tangannya. (Shahih Al-Bukhari no. 6308)
3. Bangga dengan dosa yang dilakukannya serta menganggap bisa melakukan dosa sebagai suatu nikmat. Setiap kali seorang hamba menganggap manis suatu dosa, maka menjadi besar kemaksiatannya serta besar pula pengaruhnya dalam menghitamkan hati. Karena setiap kali seorang berbuat dosa, akan dititik hitam pada hatinya.
4. Menganggap ringan suatu dosa karena mengira ditutupi oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala dan diberi tangguh serta tidak segera dibeberkan atau diadzab. Orang yang seperti ini tidak tahu bahwa ditangguhkannya adzab adalah agar bertambah dosanya.
5. Sengaja menampakkan dosa di mana sebelumnya tidak ada yang mengetahuinya kecuali Allah Subhanahu wa Ta’ala, sehingga mendorong orang yang pada dirinya ada bibit–bibit kejahatan untuk ikut melakukannya. Demikian pula orang yang sengaja berbuat maksiat di hadapan orang. Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
“Semua umatku dimaafkan oleh Allah kecuali orang yang berbuat (maksiat) terang-terangan. Dan di antara bentuk menampakkan maksiat adalah seorang melakukan pada malam hari perbuatan (dosa) dan berada di pagi hari Allah menutupi (tidak membeberkan) dosanya lalu dia berkata: ‘Wahai Si fulan, tadi malam aku melakukan begini dan begini.’ Padahal dia berada di malam hari ditutupi oleh Rabbnya namun di pagi hari ia membuka apa yang Allah Subhanahu wa Ta’ala tutupi darinya.” (HR. Al-Bukhari no. 6069 dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu)
Ibnu Baththal rahimahullahu mengatakan: “Menampakkan maksiat merupakan bentuk pelecehan terhadap hak Allah Subhanahu wa Ta’ala, Rasul-Nya, dan orang–orang shalih dari kaum mukminin…” (Fathul Bari, 10/486)
Sebagian salaf mengatakan: “Janganlah kamu berbuat dosa. Jika memang terpaksa melakukannya, maka jangan kamu mendorong orang lain kepadanya, nantinya kamu melakukan dua dosa.”
Oleh karena itu, Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:
“Orang–orang munafik laki-laki dan perempuan, sebagian dengan sebagian yang lain adalah sama, mereka menyuruh berbuat yang mungkar dan melarang berbuat yang ma’ruf.” (At-Taubah: 67)
6. Dosa menjadi besar jika dilakukan seorang yang alim (berilmu)yang menjadi panutan. (Lihat Taujihul Muslimin ila Thariq An-Nashri Wat Tamkin hal. 29-32 karya Muhammad Jamil Zainu)
Bersumber dari (telah diringkas dan diedit dari) tulisan Al-Ustadz Abu Muhammad AbdulMu’thi
Di sadur dari :http://kebunhidayah.wordpress.com/2009/06/23/dosa-dosa-kecil-yang-dapat-berubah-menjadi-dosa-besar/#more-569

6 Rahasia Agar Menjadi Manusia Akherat




Ilustrasi dari Inet
Menjadi manusia akherat bukan berarti kita harus menjadi penghuni langit seperti malaikat. Kaki kita tetap menginjak bumi, tapi perilaku kita sesuai dengan petunjuk Dzat yang ada di langit.
Menjadi manusia akherat tentunya tak semudah membalikan telapak tangan. Tapi bukan berarti mustahil kita wujudkan dalam kehidupan. Ada peluh yang terkucur. Ada nafas yang tersengal-sengal. Dan mungkin ada darah yang tertumpah. Memerlukan nafas panjang untuk meraihnya.
Untuk menjadi manusia akherat, mari kita simak nasihat Abdullah bin Mas’ud r.a.
“Jadilah anda:
1• Sumber mata air ilmu pengetahuan.
2• Lampu hidayah.
3• Penunggu rumah.
4• Pelita di malam hari.
5• Memiliki hati yang baru.
6• Dan mengenakan baju yang lama.
Saudaraku…
Dari dasar hati salafus shalih, kita dapatkan mutiara hikmah berharga selama kita mau meraihnya.
Abdullah bin Mas’ud, secara fisik boleh memiliki perawakan yang kurus, kerempeng dan miskin. Tapi ia adalah gudang ilmu dan guru al Qur’an bagi sahabat lainnya. Ia merupakan sahabat istimewa di tengah-tengah sahabat yang luar biasa. Wajar jika Nabi saw memberikan kesaksian, “Jika kedua betis Abdullah ditimbang di yaumil mizan, niscaya ia akan lebih berat timbangannya daripada gunung Uhud.”
Jika kita ingin menjadi orang istimewa, menjadi manusia akherat seperti beliau, maka salah satu cara yang mesti kita lakukan adalah mendengar dan melaksanakan pesan-pesan serta meneladani kehidupan beliau.
1• Sumber mata air ilmu pengetahuan
Itu artinya kita harus selalu memperdalam keilmuan kita dan mempertajam intelektual kita dengan kafa’ah syar’i. Jika ilmu kita terbatas, bagaimana mungkin kita akan menjadi mata air bagi orang lain. Bisa jadi untuk keperluan hidup kita sendiri belum cukup memadai. Ada satu pepatah, “Faqidusyai’ laa yu’thi” orang yang tak memiliki sesuatu bagaimana ia dapat memberi?.” Bagaimana kita menjadi mata air ilmu, sementara kita kering ilmu.
2• Lampu hidayah
Keshalihan pribadi idealnya bukan untuk dinikmati diri sendiri, tapi harus ditularkan kepada orang-orang di sekitar kita. Agar orang lain juga dapat merasakan indahnya hidup dalam naungan hidayah. Bahkan berbagi hidayah kepada sesama merupakan parameter keimanan seseorang. Artinya semakin redup semangat berbagi hidayah kepada orang lain, pertanda keimanan kita sedang surut. Rasul membahasakan orang yang tak mampu berbagi hidayah dengan tangan dan lisan tapi hanya mampu berbuat dalam hatinya, itulah selemah-lemahnya iman.
3• Penunggu rumah
Rumah, adalah tempat tinggal kita. Tempat berteduh dari sengatan matahari. Tempat berlindung dari guyuran hujan. Tempat berbagi bagi anggota keluarga. Lelah dan penat semasa bekerja dan beraktifitas, sirna seketika saat melihat senyuman istri tercinta, dan sikap manja anak-anak sang buah hati. Rumah tempat tinggal kita tentu berbeda dengan hotel dan penginapan serta tempat kos. Di mana penghuninya bisa datang dan pergi kapan ia mau. Tapi rumah adalah tempat di mana kita menghabiskan sebagian besar waktu kita di sana. Maka jika ada orang yang tak betah berlama-lama tinggal di rumahnya, pasti ada problem keluarga yang tidak sederhana. Terlebih selaksa pahala bisa kita raih dalam keluarga kita.
4• Pelita di malam hari
Menjadi pelita di malam hari. Menjadi suluh dan obor bagi kegelapan umat. Al Qur’an adalah pelita hidup kita. Jika kita ingin kalbu kita selalu diterangi sinar cahaya Allah SWT, maka kita harus berdekatan dengan kalamullah. Dengannya hati kita akan bersinar dan menerangi hati orang-orang di sekitar kita. Pahami al Qur’an dan kita tularkan pemahaman itu kepada sesama kita. Rasulullah saw mengumpamakan orang yang jauh dari sinar al Qur’an seperti rumah yang roboh atau kuburan.
5• Memiliki hati yang baru
Berhati baru, maksudnya kita selalu memiliki semangat baru untuk mendaki puncak penghambaan diri kepada-Nya melalui jalan ibadah. Semangat ubudiyah tak pernah pudar seiring bergantinya musim. Tidak akan terpengaruh oleh hujan, angin, ataupun terik matahari. Tidak lekang terkena panas, dan tidak lapuk terkena hujan.
6• Dan mengenakan baju yang lama
Mengenakan baju lama, adalah ungkapan dari sikap zuhud, tawadhu’, bersahaja dan berpenampilan sederhana. Fakta, bahwa penampilan zahir sering menipu kita. Berpenampilan tajir; baju berkelas, kendaraan mewah, tinggal di rumah elit dan yang senada dengan itu. Ternyata hutangnya di mana-mana.
Zuhud, tawadhu’ dan sederhana bukan berarti kita berpakaian lusuh, berwajah kusut, dan berambut kucel. Kebersihan dan kerapihan adalah karakteristik yang melekat pada seorang mukmin. Bersih pakaian, baik zahir maupun bathin.
Kesederhanan dan tawadhu, disukai oleh penduduk bumi dan dicintai penghuni langit.
Saudaraku…
Sanggupkah kita menjadi manusia akherat? Tanyakanlah pada rumput yang bergoyang. Wallahu a’lam.
Sumber:Status Ustadz Abu Ja’far
(http://www.facebook.com/profile.php?id=100000992948094)

5 Karakter Orang yang Bahagia Dunia dan Akherat




Ilustrasi dari Inet
Saudaraku, apakah kita termasuk orang yang berbahagia di dunia dan beruntung di akherat kelak?
Ibnul Qayyim rahimahullah, berbagi ilmunya untuk kita mengenai parameter orang yang bahagia dunia akherat, di antara tanda-tanda adalah:
1. Semakin bertambah ilmunya, semakin bertambah pula tawadhu’ dan rahmatnya terhadap orang-orang di sekitarnya.
2. Semakin bertambah amalnya, semakin bertambah pula rasa takut (terhadap azab-Nya) dan waspada (terhadap bisikan hawa nafsunya).
3. Semakin bertambah usianya, semakin berkurang rasa cinta dunianya.
4. Semakin bertambah hartanya, semakin besar pula ia berderma dan memberi kepada sesama.
5. Semakin tinggi martabat dan kedudukannya, semakin bertambahpula kedekatannya dengan masyarakat, memenuhi kebutuhan mereka dan rendah hati terhadap mereka.
Sudahkah kita termasuk orang-orang yang bahagia di dunia fana ini dan akan meraih keberuntungan di akherat?
Wallahu ‘alam bishawab.
Sumber:Status Ustadz Abu Ja’far
(http://www.facebook.com/profile.php?id=100000992948094)

CINTA & BENCI YANG MEMBERI MANFAAT DI SANA



Ilustrasi dari Inet
Saudaraku..
Abdullah bin Umar ra pernah berkata:
“Demi Allah, sekiranya aku berpuasa sepanjang hari tanpa putus. Ku dirikan shalat tahajjud setiap malam tanpa pernah tidur. Seluruh hartaku, ku infakkan di jalan Allah. Lalu aku menghadap-Nya di hari kepergianku, sementara tiada terpendam perasaan cinta di hati ini terhadap orang-orang yang mentaati Allah
serta tiada kebencian terhadap ahli maksiat. Maka apa yang telah ku perbuat itu tak dapat memberiku manfaat sedikit pun jua di sana.”
(Mawa’izh as shahabah, Shalih Ahmad al Syami).
Saudaraku..
Itulah yang kita kenal dalam aqidah kita dengan istilah “al hubbub wal bughdhu fillah” cinta dan benci karena Allah swt. Cinta dan benci yang akan melahirkan cinta dan rahmat-Nya.
Kita mencintai seseorang karena Allah swt. Bukan karena harta, keturunan, kedudukan, tampilan fisik, dan sisi dunia lainnya.
Kita mencintai sahabat kita, karena agama, ketaatannya, keshalihan pribadi, keindahan akhlak dan yang senada dengan itu. Walaupun secara kasat mata, penampilan luarnya jauh dari kata “menarik”.
Semakin baik akhlak seseorang. Semakin elok kepribadiannya. Semakin taat kepada Rabb-nya. Semakin sempurna pemahaman dan pengamalan ajaran agamanya. Maka pada saat itu semakin mekar dan mengembang cinta kita terhadapnya.
Saudaraku..
Sebaliknya, tidaklah kita membenci seseorang, melainkan karena keburukan akhlaknya, semakin jauhnya ia dari kebenaran, semakin dalam ia tercebur dalam lubang maksiat dan seterusnya.
Jadi dasar kita membenci seseorang, tak lain dan tak bukan melainkan karena Allah swt. Artinya semakin jauh ia dari petunjuk-Nya dan semakin terperosok dalam maksiat terhadap-Nya, maka pada saat itu kita semakin membencinya.
Tapi kebencian kita terhadapnya, tidak menyeret kita untuk menjauhinya. Tidak bertegur sapa dengannya dan seterusnya. Namun justru menjadikan kita terpacu untuk mengajaknya bangkit dari keterpurukan. Sadar dengan kelalaiannya. Ingat dengan dosa-dosanya. Dan merubah kebiasaan dan perilaku buruknya.
Saudaraku..
Itulah cinta dan benci karena Allah, yang merupakan manifestasi dari kesempurnaan iman kita. Sebanyak apapun amalan pribadi kita. Baik yang zahir maupun yag bathin. Yang tampak maupun yang luput dari pandangan manusia. Jika kita tak mampu mewujudkan cinta dan benci karena-Nya di alam realita kehidupan kita. Maka amalan itu tak mampu menolong kita di sana.
Itulah yang diisyaratkan oleh Ibnu Umar ra.
Saudaraku..
Ketahuilah, bahwa hati ini mencintai anda semua karena Allah swt. Bagaimana dengan anda saudaraku?. Wallahu a’lam bishawab.
Riyadh, 24 September 2012
Sumber:Status Ustadz Abu Ja’far
(http://www.facebook.com/profile.php?id=100000992948094)

Keutamaan Sabar dalam Islam (Makna Sabar)




Dari Suhaib ra, bahwa Rasulullah SAW bersabda, “Sungguh menakjubkan perkaranya orang yang beriman, karena segala urusannya adalah baik baginya. Dan hal yang demikian itu tidak akan terdapat kecuali hanya pada orang mu’min: Yaitu jika ia mendapatkan kebahagiaan, ia bersyukur, karena (ia mengetahui) bahwa hal tersebut merupakan yang terbaik untuknya. Dan jika ia tertimpa musibah, ia bersabar, karena (ia mengetahui) bahwa hal tersebut merupakan hal terbaik bagi dirinya.” (HR. Muslim)
Sekilas Tentang Hadits
Hadits ini merupakan hadits shahih dengan sanad sebagaimana di atas, melalui jalur Tsabit dari Abdurrahman bin Abi Laila, dari Suhaib dari Rasulullah SAW, diriwayatkan oleh :
- Imam Muslim dalam Shahihnya, Kitab Al-Zuhud wa Al-Raqa’iq, Bab Al-Mu’min Amruhu Kulluhu Khair, hadits no 2999.
- Imam Ahmad bin Hambal dalam empat tempat dalam Musnadnya, yaitu hadits no 18455, 18360, 23406 & 23412.
- Diriwayatkan juga oleh Imam al-Darimi, dalam Sunannya, Kitab Al-Riqaq, Bab Al-Mu’min Yu’jaru Fi Kulli Syai’, hadits no 2777.
Makna Hadits Secara Umum
Hadits singkat ini memiliki makna yang luas sekaligus memberikan definisi mengenai sifat dan karakter orang yang beriman. Setiap orang yang beriman digambarkan oleh Rasulullah SAW sebagai orang yang memiliki pesona, yang digambarkan dengan istilah ‘ajaban’ ( عجبا ). Karena sifat dan karakter ini akan mempesona siapa saja.
Kemudian Rasulullah SAW menggambarkan bahwa pesona tersebut berpangkal dari adanya positif thinking setiap mu’min. Dimana ia memandang segala persoalannya dari sudut pandang positif, dan bukan dari sudut nagatifnya.
Sebagai contoh, ketika ia mendapatkan kebaikan, kebahagian, rasa bahagia, kesenangan dan lain sebagainya, ia akan refleksikan dalam bentuk penysukuran terhadap Allah SWT. Karena ia tahu dan faham bahwa hal tersebut merupakan anugerah Allah yang diberikan kepada dirinya. Dan tidaklah Allah memberikan sesuatu kepadanya melainkan pasti sesuatu tersebut adalah positif baginya.
Sebaliknya, jika ia mendapatkan suatu musibah, bencana, rasa duka, sedih, kemalangan dan hal-hal negatif lainnya, ia akan bersabar. Karena ia meyakini bahwa hal tersebut merupakan pemberian sekaligus cobaan bagi dirinya yang pasti memiliki rahasia kebaikan di dalamnya. Sehingga refleksinya adalah dengan bersabar dan mengembalikan semuanya kepada Allah SWT.
Urgensi Kesabaran
Kesabaran merupakan salah satu ciri mendasar orang yang bertaqwa kepada Allah SWT. Bahkan sebagian ulama mengatakan bahwa kesabaran merupakan setengahnya keimanan. Sabar memiliki kaitan yang tidak mungkin dipisahkan dari keimanan: Kaitan antara sabar dengan iman, adalah seperti kepala dengan jasadnya. Tidak ada keimanan yang tidak disertai kesabaran, sebagaimana juga tidak ada jasad yang tidak memiliki kepala. Oleh karena itulah Rasulullah SAW menggambarkan tentang ciri dan keutamaan orang yang beriman sebagaimana hadits di atas.
Namun kesabaran adalah bukan semata-mata memiliki pengertian “nrimo”, ketidak mampuan dan identik dengan ketertindasan. Sabar sesungguhnya memiliki dimensi yang lebih pada pengalahan hawa nafsu yang terdapat dalam jiwa insan. Dalam berjihad, sabar diimplementasikan dengan melawan hawa nafsu yang menginginkan agar dirinya duduk dengan santai dan tenang di rumah. Justru ketika ia berdiam diri itulah, sesungguhnya ia belum dapat bersabar melawan tantangan dan memenuhi panggilan ilahi.
Sabar juga memiliki dimensi untuk merubah sebuah kondisi, baik yang bersifat pribadi maupun sosial, menuju perbaikan agar lebih baik dan baik lagi. Bahkan seseorang dikatakan dapat diakatakan tidak sabar, jika ia menerima kondisi buruk, pasrah dan menyerah begitu saja. Sabar dalam ibadah diimplementasikan dalam bentuk melawan dan memaksa diri untuk bangkit dari tempat tidur, kemudian berwudhu lalu berjalan menuju masjid dan malaksanakan shalat secara berjamaah. Sehingga sabar tidak tepat jika hanya diartikan dengan sebuah sifat pasif, namun ia memiliki nilai keseimbangan antara sifat aktif dengan sifat pasif.
Makna Sabar
Sabar merupakan sebuah istilah yang berasal dari bahasa Arab, dan sudah menjadi istilah dalam bahasa Indonesia. Asal katanya adalah “Shobaro”, yang membentuk infinitif (masdar) menjadi “shabran”. Dari segi bahasa, sabar berarti menahan dan mencegah. Menguatkan makna seperti ini adalah firman Allah dalam Al-Qur’an:
Dan bersabarlah kamu bersama-sama dengan orang-orang yang menyeru Tuhannya di pagi dan senja hari dengan mengharap keridhaan-Nya; dan janganlah kedua matamu berpaling dari mereka (karena) mengharapkan perhiasan kehidupan dunia ini; dan janganlah kamu mengikuti orang yang hatinya telah Kami lalaikan dari mengingati Kami, serta menuruti hawa nafsunya dan adalah keadaannya itu melewati batas. (QS. Al-Kahfi/ 18 : 28)
Perintah untuk bersabar pada ayat di atas, adalah untuk menahan diri dari keingingan ‘keluar’ dari komunitas orang-orang yang menyeru Rab nya serta selalu mengharap keridhaan-Nya. Perintah sabar di atas sekaligus juga sebagai pencegahan dari keinginan manusia yang ingin bersama dengan orang-orang yang lalai dari mengingat Allah SWT.
Sedangkan dari segi istilahnya, sabar adalah:
Menahan diri dari sifat kegeundahan dan rasa emosi, kemudian menahan lisan dari keluh kesah serta menahan anggota tubuh dari perbuatan yang tidak terarah.
Amru bin Usman mengatakan, bahwa sabar adalah keteguhan bersama Allah, menerima ujian dari-Nya dengan lapang dan tenang. Hal senada juga dikemukakan oleh Imam al-Khowas, bahwa sabar adalah refleksi keteguhan untuk merealisasikan al-Qur’an dan sunnah. Sehingga sesungguhnya sabar tidak identik dengan kepasrahan dan ketidak mampuan. Justru orang yang seperti ini memiliki indikasi adanya ketidak sabaran untuk merubah kondisi yang ada, ketidak sabaran untuk berusaha, ketidak sabaran untuk berjuang dan lain sebagainya.
Rasulullah SAW memerintahkan umatnya untuk sabar ketika berjihad. Padahal jihad adalah memerangi musuh-musuh Allah, yang klimaksnya adalah menggunakan senjata (perang). Artinya untuk berbuat seperti itu perlu kesabaran untuk mengeyampingkan keiinginan jiwanya yang menginginkan rasa santai, bermalas-malasan dan lain sebagainya. Sabar dalam jihad juga berarti keteguhan untuk menghadapi musuh, serta tidak lari dari medan peperangan. Orang yang lari dari medan peperangan karena takut, adalah salah satu indikasi tidak sabar.
Sabar Sebagaimana Digambarkan Dalam Al-Qur’an
Dalam al-Qur’an banyak sekali ayat-ayat yang berbicara mengenai kesabaran. Jika ditelusuri secara keseluruhan, terdapat 103 kali disebut dalam al-Qur’an, kata-kata yang menggunakan kata dasar sabar; baik berbentuk isim maupun fi’ilnya. Hal ini menunjukkan betapa kesabaran menjadi perhatian Allah SWT, yang Allah tekankan kepada hamba-hamba-Nya. Dari ayat-ayat yang ada, para ulama mengklasifikasikan sabar dalam al-Qur’an menjadi beberapa macam;
1. Sabar merupakan perintah Allah SWT. Hal ini sebagaimana yang terdapat dalam QS.2: 153: “Hai orang-orang yang beriman, mintalah pertolongan kepada Allah dengan sabar dan shalat, sesungguhnya Allah beserta orang-orang yang sabar.”
Ayat-ayat lainnya yang serupa mengenai perintah untuk bersabar sangat banyak terdapat dalam Al-Qur’an. Diantaranya adalah dalam QS.3: 200, 16: 127, 8: 46, 10:109, 11: 115 dsb.
2. Larangan isti’ja l(tergesa-gesa/ tidak sabar), sebagaimana yang Allah firmankan (QS. Al-Ahqaf/ 46: 35): “Maka bersabarlah kamu seperti orang-orang yang mempunyai keteguhan hati dari rasul-rasul dan janganlah kamu meminta disegerakan (azab) bagi mereka…”
3. Pujian Allah bagi orang-orang yang sabar, sebagaimana yang terdapat dalam QS. 2: 177: “…dan orang-orang yang bersabar dalam kesulitan, penderitaan dan dalam peperangan. Mereka itulah orang-orang yang benar imannya dan mereka itulah orang-orang yang bertaqwa.”
4. Allah SWT akan mencintai orang-orang yang sabar. Dalam surat Ali Imran (3: 146) Allah SWT berfirman : “Dan Allah mencintai orang-orang yang sabar.”
5. Kebersamaan Allah dengan orang-orang yang sabar. Artinya Allah SWT senantiasa akan menyertai hamba-hamba-Nya yang sabar. Allah berfirman (QS. 8: 46) ; “Dan bersabarlah kamu, karena sesungguhnya Allah itu beserta orang-orang yang sabar.”
6. Mendapatkan pahala surga dari Allah. Allah mengatakan dalam al-Qur’an (13: 23 – 24); “(yaitu) surga `Adn yang mereka masuk ke dalamnya bersama-sama dengan orang-orang yang saleh dari bapak-bapaknya, isteri-isterinya dan anak cucunya, sedang malaikat-malaikat masuk ke tempat-tempat mereka dari semua pintu; (sambil mengucapkan): “Salamun `alaikum bima shabartum” (keselamatan bagi kalian, atas kesabaran yang kalian lakukan). Maka alangkah baiknya tempat kesudahan itu.”
Inilah diantara gambaran Al-Qur’an mengenai kesabaran. Gembaran-gambaran lain mengenai hal yang sama, masih sangat banyak, dan dapat kita temukan pada buku-buku yang secara khusus membahas mengenai kesabaran.
Kesabaran Sebagaimana Digambarkan Dalam Hadits.
Sebagaimana dalam al-Qur’an, dalam hadits juga banyak sekali sabda-sabda Rasulullah SAW yang menggambarkan mengenai kesabaran. Dalam kitab Riyadhus Shalihin, Imam Nawawi mencantumkan 29 hadits yang bertemakan sabar. Secara garis besar, hadits-hadits tersebut menggambarkan kesabaran sebagai berikut;
1. Kesabaran merupakan “dhiya’ ” (cahaya yang amat terang). Karena dengan kesabaran inilah, seseorang akan mampu menyingkap kegelapan. Rasulullah SAW mengungkapkan, “…dan kesabaran merupakan cahaya yang terang…” (HR. Muslim)
2. Kesabaran merupakan sesuatu yang perlu diusahakan dan dilatih secara optimal. Rasulullah SAW pernah menggambarkan: “…barang siapa yang mensabar-sabarkan diri (berusaha untuk sabar), maka Allah akan menjadikannya seorang yang sabar…” (HR. Bukhari)
3. Kesabaran merupakan anugrah Allah yang paling baik. Rasulullah SAW mengatakan, “…dan tidaklah seseorang itu diberi sesuatu yang lebih baik dan lebih lapang daripada kesabaran.” (Muttafaqun Alaih)
4. Kesabaran merupakan salah satu sifat sekaligus ciri orang mu’min, sebagaimana hadits yang terdapat pada muqadimah; “Sungguh menakjubkan perkara orang yang beriman, karena segala perkaranya adalah baik. Jika ia mendapatkan kenikmatan, ia bersyukur karena (ia mengatahui) bahwa hal tersebut adalah memang baik baginya. Dan jika ia tertimpa musibah atau kesulitan, ia bersabar karena (ia mengetahui) bahwa hal tersebut adalah baik baginya.” (HR. Muslim)
5. Seseorang yang sabar akan mendapatkan pahala surga. Dalam sebuah hadits digambarkan; Dari Anas bin Malik ra berkata, bahwa aku mendengar Rasulullah SAW bersabda, Sesungguhnya Allah berfirman, “Apabila Aku menguji hamba-Ku dengan kedua matanya, kemudian diabersabar, maka aku gantikan surga baginya.” (HR. Bukhari)
6. Sabar merupakan sifat para nabi. Ibnu Mas’ud dalam sebuah riwayat pernah mengatakan: Dari Abdullan bin Mas’ud berkata”Seakan-akan aku memandang Rasulullah SAW menceritakan salah seorang nabi, yang dipukuli oleh kaumnya hingga berdarah, kemudia ia mengusap darah dari wajahnya seraya berkata, ‘Ya Allah ampunilah dosa kaumku, karena sesungguhnya mereka tidak mengetahui.” (HR. Bukhari)
7. Kesabaran merupakan ciri orang yang kuat. Rasulullah SAW pernah menggambarkan dalam sebuah hadits; Dari Abu Hurairah ra berkata, bahwa Rasulullah SAW bersabda,”Orang yang kuat bukanlah yang pandai bergulat, namun orang yang kuat adalah orang yang memiliki jiwanya ketika marah.” (HR. Bukhari)
8. Kesabaran dapat menghapuskan dosa. Rasulullah SAW menggambarkan dalam sebuah haditsnya; Dari Abu Hurairah ra bahwa Rasulullan SAW bersabda, “Tidaklah seorang muslim mendapatkan kelelahan, sakit, kecemasan, kesedihan, mara bahaya dan juga kesusahan, hingga duri yang menusuknya, melainkan Allah akan menghapuskan dosa-dosanya dengan hal tersebut.” (HR. Bukhari & Muslim)
9. Kesabaran merupakan suatu keharusan, dimana seseorang tidak boleh putus asa hingga ia menginginkan kematian. Sekiranya memang sudah sangat terpaksa hendaklah ia berdoa kepada Allah, agar Allah memberikan hal yang terbaik baginya; apakah kehidupan atau kematian. Rasulullah SAW mengatakan; Dari Anas bin Malik ra, bahwa Rasulullah SAW bersabda, “Janganlah salah seorang diantara kalian mengangan-angankan datangnya kematian karena musibah yang menimpanya. Dan sekiranya ia memang harus mengharapkannya, hendaklah ia berdoa, ‘Ya Allah, teruskanlah hidupku ini sekiranya hidup itu lebih baik unttukku. Dan wafatkanlah aku, sekiranya itu lebih baik bagiku.” (HR. Bukhari Muslim)
Bentuk-Bentuk Kesabaran
Para ulama membagi kesabaran menjadi tiga hal; sabar dalam ketaatan kepada Allah, sabar untuk meninggalkan kemaksiatan dan sabar menghadapi ujian dari Allah:
1. Sabar dalam ketaatan kepada Allah. Merealisasikan ketaatan kepada Allah, membutuhkan kesabaran, karena secara tabiatnya, jiwa manusia enggan untuk beribadah dan berbuat ketaatan. Ditinjau dari penyebabnya, terdapat tiga hal yang menyebabkan insan sulit untuk sabar. Pertama karena malas, seperti dalam melakukan ibadah shalat. Kedua karena bakhil (kikir), seperti menunaikan zakat dan infaq. Ketiga karena keduanya, (malas dan kikir), seperti haji dan jihad.
Kemudian untuk dapat merealisasikan kesabaran dalam ketaatan kepada Allah diperlukan beberapa hal,
(1) Dalam kondisi sebelum melakukan ibadah berupa memperbaiki niat, yaitu kikhlasan. Ikhlas merupakan kesabaran menghadapi duri-duri riya’.
(2) Kondisi ketika melaksanakan ibadah, agar jangan sampai melupakan Allah di tengah melaksanakan ibadah tersebut, tidak malas dalam merealisasikan adab dan sunah-sunahnya.
(3) Kondisi ketika telah selesai melaksanakan ibadah, yaitu untuk tidak membicarakan ibadah yang telah dilakukannya supaya diketahui atau dipuji orang lain.
2. Sabar dalam meninggalkan kemaksiatan. Meninggalkan kemaksiatan juga membutuhkan kesabaran yang besar, terutama pada kemaksiatan yang sangat mudah untuk dilakukan, seperti ghibah (baca; ngerumpi), dusta, memandang sesuatu yang haram dsb. Karena kecendrungan jiwa insan, suka pada hal-hal yang buruk dan “menyenangkan”. Dan perbuatan maksiat identik dengan hal-hal yang “menyenangkan”.
3. Sabar dalam menghadapi ujian dan cobaan dari Allah, seperti mendapatkan musibah, baik yang bersifat materi ataupun inmateri; misalnya kehilangan harta, kehilangan orang yang dicintai dsb.
Aspek-Aspek Kesabaran sebagaimana yang Digambarkan dalam Hadits
Dalam hadits-hadits Rasulullah SAW, terdapat beberapa hadits yang secara spesifik menggambarkan aspek-aspek ataupun kondisi-kondisi seseroang diharuskan untuk bersabar. Meskipun aspek-aspek tersebut bukan merupakan ‘pembatasan’ pada bidang-bidang kesabaran, melainkan hanya sebagai contoh dan penekanan yang memiliki nilai motivasi untuk lebih bersabar dalam menghadapi berbagai permasalahan lainnya. Diantara kondisi-kondisi yang ditekankan agar kita bersabar adalah :
1. Sabar terhadap musibah.
Sabar terhadap musibah merupakan aspek kesabaran yang paling sering dinasehatkan banyak orang. Karena sabar dalam aspek ini merupakan bentuk sabar yang Dalam sebuah hadits diriwayatkan, :
Dari Anas bin Malik ra, bahwa suatu ketika Rasulullah SAW melewati seorang wanita yang sedang menangis di dekat sebuah kuburan. Kemudian Rasulullah SAW bersabda, ‘Bertakwalah kepada Allah, dan bersabarlah.’ Wanita tersebut menjawab, ‘Menjauhlah dariku, karena sesungguhnya engkau tidak mengetahui dan tidak bisa merasakan musibah yang menimpaku.’ Kemudian diberitahukan kepada wanita tersebut, bahwa orang yang menegurnya tadi adalah Rasulullah SAW. Lalu ia mendatangi pintu Rasulullah SAW dan ia tidak mendapatkan penjaganya. Kemudian ia berkata kepada Rasulullah SAW, ‘(maaf) aku tadi tidak mengetahui engkau wahai Rasulullah SAW.’ Rasulullah bersabda, ‘Sesungguhnya sabar itu terdapat pada hentakan pertama.’ (HR. Bukhari Muslim)
2. Sabar ketika menghadapi musuh (dalam berjihad).
Dalam sebuah riwayat, Rasulullah bersabda : Dari Abu Hurairah ra berkata, bahwa Rasulullah SAW bersabda, ‘Janganlah kalian berangan-angan untuk menghadapi musuh. Namun jika kalian sudah menghadapinya maka bersabarlah (untuk menghadapinya).” HR. Muslim.
3. Sabar berjamaah, terhadap amir yang tidak disukai.
Dalam sebuah riwayat digambarkan; Dari Ibnu Abbas ra beliau meriwayatkan bahwa Rasulullah SAW bersabda, ‘Barang siapa yang melihat pada amir (pemimpinnya) sesuatu yang tidak disukainya, maka hendaklah ia bersabar. Karena siapa yang memisahkan diri dari jamaah satu jengkal, kemudian ia mati. Maka ia mati dalam kondisi kematian jahiliyah. (HR. Muslim)
4. Sabar terhadap jabatan & kedudukan.
Dalam sebuah riwayat digambarkan : Dari Usaid bin Hudhair bahwa seseorang dari kaum Anshar berkata kepada Rasulullah SAW; ‘Wahai Rasulullah, engkau mengangkat (memberi kedudukan) si Fulan, namun tidak mengangkat (memberi kedudukan kepadaku). Rasulullah SAW bersabda, Sesungguhnya kalian akan melihat setelahku ‘atsaratan’ (yaitu setiap orang menganggap lebih baik dari yang lainnya), maka bersabarlah kalian hingga kalian menemuiku pada telagaku (kelak). (HR. Turmudzi).
5. Sabar dalam kehidupan sosial dan interaksi dengan masyarakat.
Dalam sebuah hadits diriwayatkan, Rasulullah SAW bersabda, ‘Seorang muslim apabila ia berinteraksi dengan masyarakat serta bersabar terhadap dampak negatif mereka adalah lebih baik dari pada seorang muslim yang tidak berinteraksi dengan masyarakat serta tidak bersabar atas kenegatifan mereka. (HR. Turmudzi)
6. Sabar dalam kerasnya kehidupan dan himpitan ekonomi
Dalam sebuah riwayat digambarkan; ‘Dari Abdullah bin Umar ra berkata bahwa Rasulullah SAW pernah bersabda, ‘Barang siapa yang bersabar atas kesulitan dan himpitan kehidupannya, maka aku akan menjadi saksi atau pemberi syafaat baginya pada hari kiamat. (HR. Turmudzi).
Kiat-Kiat untuk Meningkatkann Kesabaran
Ketidaksabaran (baca; isti’jal) merupakan salah satu penyakit hati, yang seyogyanya diantisipasi dan diterapi sejak dini. Karena hal ini memilki dampak negatif dari amalan yang dilakukan seorang insan. Seperti hasil yang tidak maksimal, terjerumus kedalam kemaksiatan, enggan untuk melaksanakan ibadah kepada Allah dsb. Oleh karena itulah, diperlukan beberapa kiat, guna meningkatkan kesabaran. Diantara kiat-kiat tersebut adalah;
1. Mengkikhlaskan niat kepada Allah SWT, bahwa ia semata-mata berbuat hanya untuk-Nya. Dengan adanya niatan seperti ini, akan sangat menunjang munculnya kesabaran kepada Allah SWT.
2. Memperbanyak tilawah (baca; membaca) al-Qur’an, baik pada pagi, siang, sore ataupun malam hari. Akan lebih optimal lagi manakala bacaan tersebut disertai perenungan dan pentadaburan makna-makna yang dikandungnya. Karena al-Qur’an merupakan obat bagi hati insan. Masuk dalam kategori ini juga dzikir kepada Allah.
3. Memperbanyak puasa sunnah. Karena puasa merupakan hal yang dapat mengurangi hawa nafsu terutama yang bersifat syahwati dengan lawan jenisnya. Puasa juga merupakan ibadah yang memang secara khusus dapat melatih kesabaran.
4. Mujahadatun Nafs, yaitu sebuah usaha yang dilakukan insan untuk berusaha secara giat dan maksimal guna mengalahkan keinginan-keinginan jiwa yang cenderung suka pada hal-hal negatif, seperti malas, marah, kikir, dsb.
5. Mengingat-ingat kembali tujuan hidup di dunia. Karena hal ini akan memacu insan untuk beramal secara sempurna. Sedangkan ketidaksabaran (isti’jal), memiliki prosentase yang cukup besar untuk menjadikan amalan seseorang tidak optimal. Apalagi jika merenungkan bahwa sesungguhnya Allah akan melihat “amalan” seseorang yang dilakukannya, dan bukan melihat pada hasilnya. (Lihat QS. 9 : 105)
6. Perlu mengadakan latihan-latihan untuk sabar secara pribadi. Seperti ketika sedang sendiri dalam rumah, hendaklah dilatih untuk beramal ibadah dari pada menyaksikan televisi misalnya. Kemudian melatih diri untuk menyisihkan sebagian rezeki untuk infaq fi sabilillah, dsb.
7. Membaca-baca kisah-kisah kesabaran para sahabat, tabi’in maupun tokoh-tokoh Islam lainnya. Karena hal ini juga akan menanamkan keteladanan yang patut dicontoh dalam kehidupan nyata di dunia.
Penutup
Inilah sekelumit sketsa mengenai kesabaran. Pada intinya, bahwa sabar mereupakan salah satu sifat dan karakter orang mu’min, yang sesungguhnya sifat ini dapat dimiliki oleh setiap insan. Karena pada dasarnya manusia memiliki potensi untuk mengembangkan sikap sabar ini dalam hidupnya.
Sabar tidak identik dengan kepasrahan dan menyerah pada kondisi yang ada, atau identik dengan keterdzoliman. Justru sabar adalah sebuah sikap aktif, untuk merubah kondisi yang ada, sehingga dapat menjadi lebih baik dan baik lagi. Oleh karena itulah, marilah secara bersama kita berusaha untuk menggapai sikap ini. Insya Allah, Allah akan memberikan jalan bagi hamba-hamba-Nya yang berusaha di jalan-Nya.
Wallahu A’lam
By. Rikza Maulan, Lc. M.Ag.
Sumber:http://www.eramuslim.com/syariah/tafsir-hadits/makna-sabar.htm