pertemuan dengan Tuhan yang Maha Penyayang (Syihabuddin).Abubakar RA. Pernah ditanya mengenai
Istiqomah dan berkatalah beliau : “Hendaknya engkau tidak menyekutukan Allah dengan sesuatu apa pun.”
Umar RA. Berkata : Istiqomah adalah “Hendaklah engkau tetap terus dalam mematuhi perintah dan menjauhi larangan serta tidak menyimpang seperti penyimpangan musang.”
Usman RA. Berkata : “Istiqomah adalah Ikhlas.” (Ma-aalimut Tanziil)
Sebagian ahli haq berkata : Istiqomah ada tiga macam : 1. Istiqomah pada lisan 2. Istiqomah pada hati 3. Istiqomah tubuh. Istiqomah pada lisan adalah mengabdikan ucapan kalimat syahadat, istiqomah pada hati adalah mengabadikan kebenaran kehendak dalam ibadah, dan istiqomah pada tubuh adalah mengabadikan ibadah dan segala bentuk taat”.
Sebagian ulama berkata : ”Istiqomah itu dengan empat hal : 1. Taat dalam mengimbangi perintah. 2. Memelihara diri dalam mengimbangi larangan. 3. bersyukur dalam mengimbangi kenikmatan. 4. Sabar dalam mengimbangi surga. Kemudian kesempurnaan empat hal di atas adalah harus dengan empat hal yang lain. Kesempurnaan taat itu adalah dengan ikhlas, kesempurnaan memelihara diri adalah dengan bertaubat, kesempurnaan bersyukur adalah dengan mengenal kelemahan diri, dan kesempurnaan sabar adalah dengan mengosongkan hati dari makhluq (Imam An nafasi).
Tanda-tanda Istiqomah
Al-Faqih Abul Laits berkata : Bahwa tanda-tanda istiqomah itu adalah harus memelihara lidah, hati, dan tubuhnya dalam menjalankan perintah dan menjauhi larangan sehingga dengan menjalani perinta dan menjauhi larangan itu maka insya Allah kita akan menjadi orang-orang yang istiqomah Aamiin. Apa saja tanda-tanda istiqomah itu :
1. Memelihara lidah agar tetap adil yaitu menempatkan lidah untuk berkata jujur. Sebagaimana Allah SWT berfirman : ” WA IDZAA QULTUM FA’DILUU” Artinya : ”Dan apabila kamu berkata, maka jujurlah.”
Jangan sampai lidah kita dipergunakan untuk menggunjing, karena firman Allah SWT : ”WALAA YAGHTAB BA’DHOKUM BA’DHOO” Artinya : ” Janganlah sebagian kamu menggunjing sebagian yang lain”. (QS. Al-Hujurat : 11)
2. Menjaga hati untuk menjauhi dari buruk sangka. Karena firman Allah SWT : ”IJTANIBUU KATSIIRAN MINAZH ZHONNI INNA BA’DHOZH ZHONNI ISMUN” Artinya: ”Jauhilah oleh kamu sekalian kebanyakan prasangka, karena sebagian prasangka itu adalah dosa”. (QS. Alhujurat : 12)
Rasulullah SAW juga bersabda : ”IYYAA KUM WASUU-AZH ZHONNI FAINNAHUU AKDZABUL HADIITS” Atinya : ”Takutlah oleh kamu sekalian buruk sangka, karena sesungguhnya prasangka itu cerita yang paling bohong.”
3. Menjauhi sikap meremehkan orang lain, merasa tinggi diri, karena itu merupakan sifat sombong. Firman Allah SWT : ”LAA YASKHOR QAUMUN MIN QAUMIN ’ASAA ANYAKUUNUU KHAIRAN MINHUM” Artinya : ”Janganlah sekelompok orang mengolok-olokan sekelompok yang lain, mungkin kelompok yang diolok-olokkan lebih baik dari pada mereka yang mengolok-olokan.” (QS. Alhujurat : 13)
Oleh karena itu jangan sampai kita merasa paling hebat, paling benar dengan mengolok-olok kelompok lain menganggap kelompok dirinya paling benar, padahal belum tentu kelompoknya lebih baik, baleh jadi kelompok yang di olok-olok lebih baik dari pada yang mengolok-olok. Kemudian orang yang merasa tinggi diri dan menyombongkan diri. Dalam Al-Qur-an juga Allah SWT berfirman : ”TILKAD DAARUL AAKHIRATI NAJ’ALUHAA LILLADZIINA LAA YURIIDUUNA ’ULUWWAN FIL ARDHI WALAA FASAADAN, WAL’AAQIBATU LILMUTTAQIINA” Artinya : ”Negeri akhirat itu kami sediakan untuk orang-orang yang tidak ingin menyombangkan dirinya di muka bumi dan tidak berbuat kerusakan. Dan akhir yang baik adalah bagi orang-orang yang bertaqwa.” (QS. Alqoshos : 83)
Maka janganlah menyombaongkan diri karena orang yang sombong tidak akan masuk surga. Sebagaimana hadits rasulullah SAW bersabda : ”LAA YADKHULUL JANNATA MAN KAANA FII QALBIHII MITSQAALA DZARRATIN MINAL KIBRI” Artinya : ”Tidak akan masuk surga orang yang di dalam hatinya ada sifat sombong walaupun sebesar biji sawi.”
Para sahabat bertanya kepada rasul, ya rasulallah apa yang dinamakan sombong itu? Rasul menjawab : ” ALKIBRU BATHRUL HAQQI WA GHOMTUN NAASI” Artinya : ” Sombong adalah menolak kebenaran dan menganggap remeh manusia.”
4. Memelihara shalat lima waktu dan menginfaqkan harta di jalan Allah. Firman Allah SWT : ” HAAFIZHUU ’ALASH SHALAWAATI WASH SHALATIL WUSTHAA WA QUUMUU LILLAAHI QAANITHIINA ” Artinya : ” Peliharalah shalat-shalatmu dan shalat wusthaa (shalat pertengahan yaitu ashar) dan berdirilah kamu untuk Allah dengan patuh .” (QS. Al-Baqarah : 238). Juga untuk senantiasa memelihara harta kita untuk ditasharufkan di jalan Allah. Sebagaimana Allah berfirman : ” YAA AYYUHAL LADZIINA AAMANUU ANFIQUU MIN THOYYIBAATI MAA KASABTUM ” Artinya : ” Hai orang-orang yang beriman, nafkahkanlah (di jalan allah) sebagian dari hasil usahamu yang baik-baik.”.(QS. Al-Baqarah : 267)
5. Menahan pandangannya dari segala sesuatu yang diharamkan.
”QUL LIL MU’MINIINA YAGHUDDUU MIN ABSHOORIHIM WAYAHFAZHUUNA FURUUJAHUM, DZAALIKA AZKAA LAHUM, INNALLAAHA KHOBIIRUN BIMAA YASHNA’UUNA” Artinya : Katakanlah kepada orang laki-laki yang beriman: "Hendaklah mereka menahan pandanganya, dan memelihara kemaluannya; yang demikian itu adalah lebih suci bagi mereka, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang mereka perbuat". (QS. An Nuur : 30).
Mengapa kita diperintahkan menahan pandangan matanya dari sesuatu yang haram, karena kalau kita tidak bisa menahan pandangan mata kita maka akan berakibat pada sesuatu yang lebih bahaya lagi, maka ayat di atas berlanjut pada kalimat peliharalah kemaluannya.
6. Jangan sampai berlebih-lebihan . Firman Allah SWT : ”INNAL MUBADZ-DZIRIINA KAANUU IKHWAANASY SYAYAATHIINA, WALAA TUBADZ-DZIR TABDZIIRAN ” Artinya : ”Dan janganlah kamu menghambur-hamburkan (hartamu) secara boros.” (QS. Al-Isra : 26) INNAL MUBADZ-DZIRIINA KAANUU IKHWAANASY SYAYAATHIINA, WA KAANASY SYAITHOONU LIROBBIHII KAFUURON Artinya : Sesungguhnya pemboros-pemboros itu adalah saudara-saudara syaitan dan syaitan itu adalah sangat ingkar kepada Tuhannya.(QS. Al-Isra : 27)
7. Tetap teguh pada sunnah dan berjamah (NU) NU kan ahli sunnah waljaah, ya g,, (hehehe). Karena Allah SWT berfirman :
“WA ANNA HAADZAA SHIROOTII MUSTAQIIMAN FATTABI’UUHU, WA LAA TATTABI’US SUBULA FATAFARROQO BIKUM AN SABIILIHII, DZAALIKUM WASH SHOOKUM BIHII LA’ALLAKUM TATTAQUUNA”“ Artinya :“Dan bahwa (yang Kami perintahkan ini) adalah jalan-Ku yang lurus, maka ikutilah dia, dan janganlah kamu mengikuti jalan-jalan (yang lain), karena jalan-jalan itu mencerai beraikan kamu dari jalan-Nya. Yang demikian itu diperintahkan Allah agar kamu bertakwa. (QS. Al An’am : 153)
Semoga bermanfaat, coz bagi orang-orang yang istiqomah telah disediakan surganya Allah SWT. subhanallah. Allah lebih menyukai amalan yang terus menerus (continue), dari pada beribadah shari penuh tapi besok nya tidak. ya g?
Wallahu A’lam Bish showaab,
0 komentar:
Posting Komentar