Senin, 01 April 2013

Kesalahan Orang Tua Adalah Penyebab Anak Durhaka

Banyak faktor yang menjadi pemicu kedurhakaan seorang anak kepada orangtua. Namun jika kita
telaah dengan baik, faktor utamanya adalah kesalahan orangtua dalam mendidik anak.

Kesalahan
tersebut bisa berupa kesalahan dalam menerapkan cara yang digunakan; seperti terlalu banyak
aturan atau sikap orangtua yang terlalu keras dan kasar terhadap anak.

Sikap lemah lembut dan kasih sayang adalah modal utama dan kunci keberhasilan orangtua dalam
mendidik anak. Inilah cara yang diajarkan Allah SWT kepada Rasulullah SAW dalam mendidik
umatnya. Allah berfirman:

“Maka disebabkan rahmat dari Allah-lah kamu berlaku lemah lembut terhadap mereka. Sekiranya
kamu bersikap keras lagi berhati kasar, tentulah mereka menjauhkan diri dari sekelilingmu.

Karena itu
maafkanlah mereka, mohonkanlah ampun bagi mereka, dan bermusyawaratlah dengan mereka dalam
urusan itu. Kemudian apabila kamu telah membulatkan tekad, maka bertawakkallah kepada Allah.

Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertawakal kepada-Nya.” (Ali Imran: 159).

…Sikap lemah lembut dan kasih sayang adalah modal utama dan kunci keberhasilan orangtua dalam
mendidik anak…

Dalam sebuah riwayat disebutkan bahwa Rasulullah bersabda, “Kelembutan adalah hiasan bagi
segala sesuatu.” (HR. Muslim, bab Al-Birru).

Dari Ibnu Umar disebutkan bahwa Rasulullah bersabda, “Sikap lemah-lembut dalam kehidupan
berumahtangga pasti menghasilkan manfaat bagi penghuninya.” (Shahih Al-Jami’/1455)
Sikap lemah lembut dalam mendidik anak merupakan faktor yang sangat mendukung keberhasilan
pendidikan anak. Orangtua selayaknya memahami bahwa anaknya bukanlah malaikat yang tidak
pernah berbuat salah, dan bukan pula setan yang tidak memiliki sisi kebaikan.

Dalam bukunya Nasha`ih li Al-Abaa` Qabla ‘Uquq Al-Abnaa`, Prof. Sa’ad Karim menjelaskan, ketika
seorang anak melakukan kesalahan, tidak selayaknya orangtua langsung memberikan hukuman yang
bert. Yang harus dilakukan oleh orangtua adalah memberikan nasehat dan petunjuk, menjelaskan
kesalahan sang anak dengan cara yang bijak, sambil memberikan keterangan tentang perilaku dan
sikap yang benar. Setelah itu, memberikan bimbingan dan arahan.

Marwan bin Abi Hafshah, dalam salah satu bait syairnya pernah menyatakan:
Janganlah tergesa-gesa mencela sahabatmu
Siapa tahu dia punya alasan
Sementara kamu terlanjur mencelanya.

Salah seorang ulama yang merupakan pakar sosiologi, Ibnu Khaldun, pernah mengingatkan bahaya
sikap keras dan kasar dalam pendidikan. Dia menjelaskan bahwa pendidikan yang didasari oleh sikap
kasar dan keras seringkali menghasilkan manusia-manusia suka berbohong, munafik, dan memiliki
kepribadian rapuh.

…Ibnu Khaldun mengingatkan bahaya sikap keras dan kasar dalam pendidikan, yang seringkali
menghasilkan manusia-manusia suka berbohong, munafik, dan memiliki kepribadian rapuh…
Ibnu Khaldun melanjutkan, jika seorang guru atau pembimbing bersikap kasar dan keras, sikap yang
demikian seringkali mendorong anak didik menjadi pembohong dan suka memperlihatkan sesuatu
yang berbeda dengan apa yang tersimpan. Hal itu dilakukan anak didik karena rasa takut terhadap
sikap kasar dan keras sang pembimbing. Jika dia telah mengetahui cara melepaskan diri dari
hukuman (baik dengan berbohong atau perilaku negatif lainnya), maka lama kelamaan sikap yang
demikian akan menjadi kebiasaannya.

Dengan demikian, rusaklah potensi nilai-nilai kebaikan yang ada dalam dirinya. Jika telah demikian,
dia akan menyandarkan segala kebaikan atas usaha orang lain dan hilanglah jiwa kemandirian dalam
dirinya. Akhirnya, sang anak tumbuh menjadi manusia yang malas dan tidak bersemangat dalam
melakukan kebaikan.

Mengomentari hal yang sama, Prof. Jamal Al-Kasyif menyatakan, “Seorang anak yang tumbuh dalam
situasi dan kondisi yang keras dan kasar akan mengalami perkembangan mental tidak sehat.
Pengaruh dan dampak buruknya bervariasi, bisa cepat bisa juga lambat.”

Seorang anak yang tumbuh dalam lingkungan yang penuh dengan kepercayaan, cinta, dan saling
pengertian, jarang sekali bersikap khianat atau melanggar janji. Dia akan menjadikan kepercayaan
sebagai sesuatu yang sangat penting dalam hidupnya. Dia akan tumbuh menjadi manusia yang
mengusung kepercayaan diri, berterus terang, dan jujur.

…Seorang anak yang tumbuh dalam lingkungan yang penuh dengan kepercayaan, cinta, dan saling
pengertian, jarang sekali bersikap khianat atau melanggar janji…

Sebaliknya, teman-temannya yang tumbuh dalam situasi dan kondisi kasar dan keras, penuh dengan
ketidakpercayaan dan keraguan akan tumbuh menjadi manusia pembohong, munafik, suka berkhianat,
dan bersikap curang.

Dalam penjelasan selanjutnya, Ibnu Khaldun menekankan pentingnya peran orangtua, guru, dan para
pendidik untuk bersikap lemah lembut dan menjadikan kasih sayang sebagai dasar dalam
menerapkan pendidikan. Sikap yang demikian akan menghasilkan buah manis di kemudian hari.

Dalam penjelasannya, dia juga mengatakan, “Seorang guru jangan bersikap keras terhadap anak
didiknya dan orangtua jangan bersikap kasar kepada anak-anaknya.” (Lebih lanjut lihat:
Muqaddimah, Ibnu Khaldun).

…Pendidikan bukanlah sekadar rumus dan peraturan. Namun lebih dari itu, pendidikan adalah seni…
Pendidikan bukanlah sekadar rumus dan peraturan. Namun lebih dari itu, pendidikan adalah seni.
Oleh karena itu, orangtua hendaknya mengetahui dasar-dasar pendidikan yang baik dan
menerapkannya dengan cara yang bijak, sesuai petunjuk Al-Qur’an dan As-Sunnah. Sehingga kelak
akan lahir generasi yang baik. Amin!

0 komentar:

Posting Komentar