Emang, Al-Qur’an itu tak henti-hentinya menerbitkan decak kagum bagi yang mentadabburinya. Bagai lautan luas, semakin diselami, semakin banyak rahasia terkuak. Asyik, mengajak kita melanglang-buana pada naikan dan turunannya. bagai bukit dan ngarai. Detail, seluruh ibarat-ibaratnya begitu rinci menggambarkan hakikat kehidupan. Bagai lukisan, ceruk-ceruknya nampak jelas saat di-zoom. Sayang kita tidak bisa bahasa Arab. Atau kalau bisa pun tidak menguasai balaghah dan fashahah secara baik. Maka tak heran jika dalam sejarah kita temukan orang-orang Arab, yang kafir sekalipun, mengakui keagungan Al-Qur’an dari sisi bahasanya. Lalu bagi yang mendapat hidayah, ia akan mengatakan, “Ini tentu bukan kata-kata Muhammad, ini kata Tuhan-nya Muhammad.”
Bagi yang hatinya tertutup dari cahaya hidayah, ia akan mengatakan, “Kata-kayanya adalah sihir, yang bisa memisahkan antara orang tua dengan anaknya, suami dengan istrinya, dan saudara dengan saudaranya.”
Al-Qur’an, seneng banget punya Al-Qur’an, yang dipelihara Allah sampai hari Kiamat. Yang tak ada perubahan pada surat, ayat, kata, bahkan huruf-hurufnya. Yang kalau ada yang mau coba-coba merubahnya, pasti deh akan ketahuan. Salah satu bentuk pennjagaan Allah adalah dengan banyaknya orang yang menghapal Al-Qur’an. Hebatnya lagi, banyak diantara yang menghapalnya itu yang tidak mengerti bahasa Arab. Ini mungkin mukjizat tersendiri. Gak ngerti, tapi hapal. Kayak orang ngapalin suara burung aja. Sedangkan banyak teks yang dimengerti aja sedikit orang yang hapal. Ada gak yang hapal UUD 45, kayaknya gak ada. Wallahu A’lam. Mungkin pemerintah Indonesia perlu menyelenggarakan acara lomba Tahfidz UUD 45, biar warga negaranya mau menghapal. He he he.
Saya tadi mau ngomongin detail-detail bahasa Al-Qur’an. Mungkin semuanya detail. Semuanya rinci. Soalnya saya belum mentadabburi semuanya. Sebut saja misalnya firman Allah, “Dan janganlah kamu mengikuti langkah-langkah syetan..” (Al-Baqarah: 208). Allah menggunakan kata khuthuwat. Yang artinya langkah-langkah, tahap-tahap, rencana demi rencana, khuthwatan khuthwatan. Pake jama’, bukan mufrad. Subhanallah.
Syetan emang ngajak mangsanya melakukan dosa dan kemaksiatan. Kalo bisa langsung dosa syirik yang gak bakalan diampuni sama Allah. Yang untuk itu tidak langsung dijorokin ke dosa-dosa tersebut. Ia pake strategi dan menggunakan tahapan-tahapan, digiring dulu mangsanya untuk melakukan muqaddimah-muqaddimah. Awalnya mungkin baik, mulia, tulus, indah. Mungkin ini sebagai sebagai tes untuk melakukan tahapan-tahapan berikutnya.
Apalagi pada ayat tadi yang panggil Allah orang-orang yang beriman. Yang dalam hati mereka sudah ada iman. Sekecil apapun keimanan itu, masih takut sama dosa, masih malu sama kemaksiatan. Makanya ia pake strategi dan tahapan-tahapan. Tidak mungkin ia langsung nyuruh orang beriman langsung melakukan zina, misalnya, na’udzu billah. Atau langsung menyembah berhala. Atau langsung korupsi. Atau langsung membunuh. Karena orang beriman tau dosa-dosa itu. Untuk perbuatan zina misalnya, mungkin ia pake langkah-langkah yang baik pada awalnya, silaturrahmi lawan jenis, taaruf, saling mengingatkan dalam kebaikan, bangunin qiyamul-lail, ngingetin pengajian, ah macem-macem dah. Jika sukses, ia akan mengajaknya menggunakan langkah-langkah follow up-nya, dan seterusnya dan seterusnya. Saya juga gak tau persis, langkah-langkah apa selanjutnya, tentu ini rahasia syetan. Pokoknya kita harus waspada aja. Kalau ujung-ujung adalah kemaksiatan dan dosa, nah pasti itu langkah-langkah syetan, khuthuwat syaithan. Terhadap masing-masing orang bisa jadi berbeda-beda langkah dan strateginya, juga mungkin beda sasarannya dosanya. Ingat kan dengan kisah pendeta Barsisa? Ingat juga kisah Al-Abid An-Nasik yang akhirnya gak jadi menebang pohon yang dijadikan sesembahan itu? Wallahu A’lam.
Senin, 14 Januari 2013
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar:
Posting Komentar