Senin, 14 Januari 2013

Ambillah Yang Halal, Tinggalkan Yang Haram


Saya lupa mendengar kisah ini dimana dan dari siapa. Dua kali catatan saya dimulai dengan pengakuan lupa, mudah-mudahan semakin menyadarkan saya akan banyaknya maksiat yang saya lakukan, sehingga saya segera bertaubat. Allahumma amin.
Al-kisah, ada seorang pencuri yang ingin bertaubat dan berhenti dari profesinya sebagai pencuri. seringnya ia menjumpai ketidak berkahan dalam harta hasil curian, seringnya berjumpa dengan orang shalih yang membuatnya perlahan-lahan mulai senang ke masjid dan mendengar ceramah subuh disana, seringnya perang batin yang menyertai setiap ia mencuri, rupanya mulai menampakkan hasil. ia mulai berniat bertaubat dan berhenti. Ia mulai merutinkan shalat berjamaah di masjid terdekat dengan rumah kontrakkannya yang baru, dimana warga disana tidak mengetahui profesinya sebagai calon mantan pencuri.
Suatu pagi setelah shalat subuh, ia mendengarkan ceramah rutin dari ustadz. ustadz sepuh itu telah dipandang sebagai tokoh masyarakat setempat, sehingga sering ia berceramah pendek tapi bernas. nasehatnya pagi itu singkat, “AMBILLAH YANG HALAL, DAN TINGGALKAN YANG HARAM.” sang pencuri ini menyimak dengan khusyuk nasehat ini dan berusaha mengamalkannya.
Hari itu ia pergi ke pasar dan berniat bekerja apa saja yang penting dapat menghasilkan uang. Tapi Allah mentakdirkan ia belum mendapatkan rezeki, sehingga ia melewatkan hari itu dengan menahan lapar. hari berikutnya ia mencoba menawarkan jasa tenaganya dengan berkeliling kampung. tapi rupanya Allah yang maha pemurah masih menahan rezekinya. begitu juga esoknya, hari ketigapun ia lalui tanpa uang yang dapat digunakan membeli pengganjal perut. tiga hari sudah ia kelaparan, sementara ia tidak mempunyai ketrampilan apapun selain mencuri dan tenaga kasarnya.
Setan mulai membisikkan godaannya. memang benar ketika rasul SAW., bersabda bahwa kefakiran sangat berperan dalam menjerumuskan seseorang kepada kekufuran. perut laparnya menuntut di isi tanpa kompromi. akhirnya ia memutuskan untuk mencuri lagi, dengan tekad ini adalah mencuri yang terakhir dan hanya digunakan untuk mengisi perut saja.
Malam itu ia menuju sebuah rumah besar yang terlihat sepi dikampungnya. ia penduduk baru. kurang tahu siapa penghuni rumah sasarannya itu. dengan cekatan, ia berhasil masuk rumah tanpa kesulitan. hanya sedikit merusak jendela, dan itupun tanpa suara. ia segera menuju ruang yang ia pikir sebagai tempat menyimpan harta. instingnya benar. ruang dibuka dan segera tampak dimatanya ribuan uang emas yang teronggok di dalam lemari. tangannya cekatan memunguti uang itu dan memasukkannya kedalam kantong yang ia siapkan. setelah penuh ia ingin pulang. tetapi jenak ia ingin meninggalkan tempat berdirinya, jenak itu pula terngiang nasehat ustadz tiga hari lalu di masjid, “AMBILLAH YANG HALAL, DAN TINGGALKAN YANG HARAM.” segera ia ingat akan tekadnya. ditaruhlah kantong uang emas tersebut, dan ia bergegas melangkah menuju jendela untuk pulang. ditengah langkahnya, ia melewati meja makan, dan melihat makanan yang mungkin belum disentuh si empunya rumah. perutnya menuntut kompensasi. tiga hari menahan lapar, dan pertimbangan bahwa mencuri makanan tentu lebih kecil dosanya dari mencuri uang, membuatnya melangkah gagah menuju meja makan. sepotong roti di ambil. ketika ia hendak memulai suapannya, ia teringat nasehat sang ustadz kembali, “AMBILLAH YANG HALAL, DAN TINGGALKAN YANG HARAM.” segera ia tinggalkan roti yang siap ia kunyah. dan bergegas ia kembali kepada tekadnya, pulang dan lupakan mencuri. dengan tergesa ia menuju jendela tempat ia masuk. tanpa sengaja langkahnya melewati sebuah kamar dengan pintu yang sedikit terbuka. iseng ia melirik kedalam kamar, dan dilihatnya sesosok wanita tertidur pulas. gairah nafsunya mendadak bangkit. setan yang tidak terima dua kali gagal segera beraksi kembali. bisikan untuk menzinai wanita itu muncul dalam pikirannya. ia melangkah dan mulai membuka pintu kamar dengan perlahan. langkahnya yang ligat tanpa menimbulkan suara mempermudah ia mendekati wanita tersebut. ia tiba dekat dengan wanita itu, dan sesaat ia ingin mewujudkan niatnya, nasehat sang ustadz mengepungnya, “AMBILLAH YANG HALAL, DAN TINGGALKAN YANG HARAM.”
Keringat dingin mengucur dari tengkuknya mengingat siksa Allah yang menanti jika ia meneruskan niatnya mengambil perkara yang masih haram. ia menguatkan tekadnya, lari tanpa bersuara, dan segera meninggalkan rumah tersebut. lapar diperutnya masih menyiksa. tapi bayangan tentang dahsyatnya azab mengambil perkara yang haram meruntuhkan semua lapar di perut. ia menghabiskan sisa malam dengan menangis.
Subuh menjelma. ia berangkat ke masjid. walau masih lapar, ia lega telah memenangkan pertarungan melawan keinginan mencuri. seperti biasa, setelah shalat subuh, sang ustadz berceramah. tapi sesaat ia akan mengakhiri ceramahnya, dari shaff wanita terdengar suara, “ustadz saya ingin mengadu. rumah saya tadi malam dimasuki maling.” segera gemparlah seisi masjid. kampung ini terkenal lama dengan keamanannya. tidak pernah ada tetangga bertengkar, apalagi sampai rumah dibobol maling. bapak-bapak segera mengusulkan untuk memperketat siskamling. sang ustad sembari menenangkan jamaah bertanya kepada wanita tadi, “apa yang hilang bu?” si wanita menjawab, “nah itu juga yang membuat saya heran ustadz. tempat menyimpan uang saya sudah dibobol, dan uangnya dimasukkan ke kantong. tapi kantong itu ditinggalkan begitu saja. saya juga menemukan roti di meja makan yang diambil, tapi digeletakkan lagi diatas meja. jendela belakang saya dirusak, tapi saya tidak mendengar apa-apa. saya takut ustadz.” dengan heran sang ustadz bertanya lagi, “Lho memangnya suami ibu tidak dirumah?” wanita itu menjawab, “kebetulan suami saya sudah meninggal tujuh bulan yang lalu ustadz.” sang ustadz menimpali, “wah kalau begitu, hendaknya ibu segera menikah lagi agar ada yang menjaga ibu. bagaimana jika saya mencarikan jodoh bagi ibu? mudah-mudahan Allah memberikan kecocokan.” dengan menunduk, wanita tersebut menjawab, “terserah ustadz saja.” segera sang ustadz berdiri lagi dan berkata, “bapak-bapak, tentu sudah mendengar kisah ibu ini. barangkali ada diantara bapak-bapak yang masih belum menikah, atas nama Allah saya minta mengacungkan tangan.”
Jamaah bapak-bapak segera saling menoleh. dan ajaib, ternyata tangan yang teracung hanyalah milik sang mantan pencuri. sang ustadz sambil tersenyum berujar, “alhamdulillah, sudi kiranya bapak mendekat. saya kok rasanya belum terlalu mengenal bapak.” sambil menunduk sang mantan pencuri maju. mukanya merah padam karena tidak menduga hal ini. setiba didekat ustadz, dan sebelum ia ditanya lebih banyak, mantan pencuri ini berkata, “ustadz, izinkan saya menceritakan keadaan saya. terserah nanti Allah yang memutuskan nasib saya.” akhirnya sang mantan pencuri ini bercerita segalanya tentang kisahnya. tentang niatnya bertaubat. tentang sulitnya mendapat pekerjaan. tentang laparnya. dan pengakuan bahwa ialah yang memasuki rumah itu semalam. para jamaah bertakbir mendengar kisahnya. dan akhirnya ia dinikahkan dengan wanita yang rumahnya hampir bobol.
Keyakinan kepada Allah adalah jawaban. Allah sendiri yang menjamin perkara itu. Barang siapa takut kepada Allah, Ia akan menyiapkan jalan keluar bagi kesulitannya, dan memberinya rezeki dari tempat yang tiada ia duga. Barang siapa bertawakkal kepada Allah, Ia akan mencukupinya. pencuri itu meninggalkan uang, roti, dan syahwatnya ketika haram karena Allah, segera Allah menggantinya. kontan.

0 komentar:

Posting Komentar