Saudaraku..
Suatu hari Sa’ad bin Abi Waqqash ra mengunjungi Mekkah. Ketika itu (di masa tuanya) penglihatannya sudah tiada berfungsi lagi. Penduduk Mekkah yang mengetahui keutamaan Sa’ad, di mana ia memiliki ketajaman do’a, maka mereka berbondong-bondong mendatangi Sa’ad. Setiap orang minta dido’akan seperti apa yang mereka hajatkan.
Suatu hari Sa’ad bin Abi Waqqash ra mengunjungi Mekkah. Ketika itu (di masa tuanya) penglihatannya sudah tiada berfungsi lagi. Penduduk Mekkah yang mengetahui keutamaan Sa’ad, di mana ia memiliki ketajaman do’a, maka mereka berbondong-bondong mendatangi Sa’ad. Setiap orang minta dido’akan seperti apa yang mereka hajatkan.
Abdullah bin Saib berkata, “Akupun mendatangi Sa’ad, kala itu aku masih remaja belia. Saat aku menyapanya, ia telah mengenaliku. Ia berkata, “Bukankah engkau qari’nya penduduk Mekkah?.”
“Iya,” jawabku.
Aku berkata, “Wahai (Sa’ad) pamanku, engkau telah banyak mendo’akan orang lain. Mengapa engkau tidak berdo’a untuk dirimu sendiri agar Allah mengembalikan penglihatanmu?.”
Saad menjawab, “Wahai anakku, garis ketetapan-Nya jauh lebih baik dari pada penglihatanku.”
(Mi’ah kisah min qashashi ash shalihin, Muh bin Hamid Abdul Wahhab).
(Mi’ah kisah min qashashi ash shalihin, Muh bin Hamid Abdul Wahhab).
Saudaraku..
Butir-butir pelajaran dan hikmah dari dialog imani antara Sa’ad dan Abdullah bin Sa’ib.
Butir-butir pelajaran dan hikmah dari dialog imani antara Sa’ad dan Abdullah bin Sa’ib.
• Tidak semua sahabat memiliki ketajaman do’a. di antara sahabat yang memiliki keutamaan ini adalah Sa’ad bin Abi Waqqash dan Sa’id bin Zaid, adik ipar Umar bin Khattab ra.
• Keteladanan sikap itsar (mendahulukan orang lain) dari Sa’ad bin Abi Waqqash. Ia senantiasa mendo’akan orang lain terlebih dahulu sebelum berdo’a untuk dirinya sendiri. Itsar merupakan derajat ukhuwah tertinggi, yang jarang kita saksikan di zaman ini. Atau bahkan belum pernah kita jumpai.
• Disyari’atkannya bertawassul kepada Allah swt dengan perantaraan do’a orang-orang shalih. Terlebih kepada orang yang dikenal ahli ibadah dan zuhud terhadap dunia.
• Menerima ketetapan Allah swt dan sabar dengan ujian-Nya merupakan tanda kekuatan dan kejujuran iman seseorang. Karena kuat atau lemahnya iman kita salah satu alat pengukurnya adalah keistiqamahan kita di atas ujian dan cobaan-Nya.
• Do’a adalah senjata kita dan rahasia kemenangan kita. Saling mendo’akan antar sesama mukmin akan mengalirkan kekuatan dan keseimbangan dalam hidup.
• Kita dikenal dan dikenang oleh manusia bukan karena kita anak pejabat, kekayaan, dan yang lainnya. Tapi kita dikenal dan popular di tengah-tengah masyarakat karena prestasi kita. Baik prestasi ubudiyah, kepakaran di bidang al Qur’an, ilmu pengetahuan, sedekah dan yang senada dengan itu. Dan Abdullah bin Sa’ib adalah contohnya. Di usia muda ia sudah dikenal masyarakat sebagai Qari’nya ahlu Mekkah.
• Popularitas tidak dilarang. Yang menjadi aib adalah apabila kita bekerja, beraktifitas dan berjuang demi meraih popularitas. Bukan mencari ridha Allah swt.
Saudaraku..
Mari kita berbagi do’a, menyambung dan minta dido’akan kebaikan dan ampunan kepada orang lain. Terlebih kepada mereka yang telah masyhur keshalihan dan elok kepribadiannya. Wallahu a’lam bishawab.
Mari kita berbagi do’a, menyambung dan minta dido’akan kebaikan dan ampunan kepada orang lain. Terlebih kepada mereka yang telah masyhur keshalihan dan elok kepribadiannya. Wallahu a’lam bishawab.
Sumber:Status Ustadz Abu Ja’far
0 komentar:
Posting Komentar