Saudaraku..
Suatu ketika Abu Ubaidah ra pernah menjadi imam bagi masyarakatnya. Selepas shalat ia berujar:
“Setan terus berupaya membesarkan hatiku sehingga aku merasa bahwa aku memiliki keutamaan (derajat) dari orang lain. Akhirnya aku memutuskan untuk tidak akan pernah menjadi imam bagi orang lain selama hidupku.”
(Mawa’izh as shahabah, Shalih Ahmad al S
yami).
Saudaraku..
Ketika kita mendengar nama Abu Ubaidah bin Jarrah disebut, maka yang terekam di benak kita adalah:
Ia sahabat yang diberi gelar oleh Nabi saw “aminu hadzihil ummah” kepercayaan umat ini.
Ia adalah sahabat yang digelari “amirul umara”, panglima besar.
Ia adalah sahabat yang merelakan beberapa giginya rompal demi mencabut dua buah mata rantai baju besi penutup kepala Rasulullah yang menancap di kedua belah pipinya.
Ia adalah orang yang dikirim Nabi saw sebagai bala bantuan bagi Amru bin Ash ra di pertempuran Dzatus Salasil. Dan seterusnya.
Dari sikap hidup sahabat agung ini, kita dapat menggali mutiara berharga bagi hidup kita.
• Waspada terhadap tipu daya setan. Di mana makar dan bisikannya cukup berwarna. Berbeda antara satu orang dengan yang lainnya.
• Terhadap orang shalih, berilmu pengetahuan dan ahli ibadah, setan sengaja menghadirkan rasa ujub (bangga diri) dengan amal shalih yang pernah diukirnya. Dengan label ilmu yang dimilikinya, merasa memiliki kelebihan dari orang lain dan mempunyai keutamaan beberapa tingkat dari orang lain.
• Kekhawatiran sahabat dengan bisikan halus setan yang terkadang membuat kita terbuai.
• Terkadang kita terpesona dengan kelebihan yang kita punya; ilmu yang lebih tinggi dari orang lain. Amal shalih yang mengungguli orang lain. Sedekah yang banyak kita keluarkan. Ukiran amal baik yang banyak diakui oleh orang-orang di sekitar kita. Dan seterusnya. Kita tak sadar bahwa setan sedang menggiring kita untuk memusnahkan pahala kebaikan kita, yang telah kita perbuat dengan susah payah.
• Tersanjung dengan pujian orang terhadap kita sebagai; ahli ibadah, qari’ al Qur’an, imam yang indah bacaannya, ulama panutan, ulama yang tawadhu’, berbudi pekerti luhur dan yang senada dengan itu. Jika ini yang kita rasakan, berarti kita telah terjebak pada permainan setan yang akan membinasakan kita. Memusnahkan amal baik kita. Menghancurkan ukiran amal ibadah kita.
Ya Rabb, bimbinglah kami untuk mengenali tipu daya musuh kami; setan yang terkutuk. Amien. Wallahu a’lam bishawab.
Riyadh, 07 November 2012 M
Sumber:Status Ustadz Abu Ja’far
- See more at: http://inspirasiislami.com/index.php/2012/11/kebinasaan-itu-berawal-dari-bangga-diri/#sthash.3UApc5u3.dpuf
Suatu ketika Abu Ubaidah ra pernah menjadi imam bagi masyarakatnya. Selepas shalat ia berujar:
(Mawa’izh as shahabah, Shalih Ahmad al S
Saudaraku..
Ketika kita mendengar nama Abu Ubaidah bin Jarrah disebut, maka yang terekam di benak kita adalah:
Ketika kita mendengar nama Abu Ubaidah bin Jarrah disebut, maka yang terekam di benak kita adalah:
Ia sahabat yang diberi gelar oleh Nabi saw “aminu hadzihil ummah” kepercayaan umat ini.
Ia adalah sahabat yang digelari “amirul umara”, panglima besar.
Ia adalah sahabat yang merelakan beberapa giginya rompal demi mencabut dua buah mata rantai baju besi penutup kepala Rasulullah yang menancap di kedua belah pipinya.
Ia adalah orang yang dikirim Nabi saw sebagai bala bantuan bagi Amru bin Ash ra di pertempuran Dzatus Salasil. Dan seterusnya.
Dari sikap hidup sahabat agung ini, kita dapat menggali mutiara berharga bagi hidup kita.
• Waspada terhadap tipu daya setan. Di mana makar dan bisikannya cukup berwarna. Berbeda antara satu orang dengan yang lainnya.
• Terhadap orang shalih, berilmu pengetahuan dan ahli ibadah, setan sengaja menghadirkan rasa ujub (bangga diri) dengan amal shalih yang pernah diukirnya. Dengan label ilmu yang dimilikinya, merasa memiliki kelebihan dari orang lain dan mempunyai keutamaan beberapa tingkat dari orang lain.
• Kekhawatiran sahabat dengan bisikan halus setan yang terkadang membuat kita terbuai.
• Terkadang kita terpesona dengan kelebihan yang kita punya; ilmu yang lebih tinggi dari orang lain. Amal shalih yang mengungguli orang lain. Sedekah yang banyak kita keluarkan. Ukiran amal baik yang banyak diakui oleh orang-orang di sekitar kita. Dan seterusnya. Kita tak sadar bahwa setan sedang menggiring kita untuk memusnahkan pahala kebaikan kita, yang telah kita perbuat dengan susah payah.
• Tersanjung dengan pujian orang terhadap kita sebagai; ahli ibadah, qari’ al Qur’an, imam yang indah bacaannya, ulama panutan, ulama yang tawadhu’, berbudi pekerti luhur dan yang senada dengan itu. Jika ini yang kita rasakan, berarti kita telah terjebak pada permainan setan yang akan membinasakan kita. Memusnahkan amal baik kita. Menghancurkan ukiran amal ibadah kita.
Ya Rabb, bimbinglah kami untuk mengenali tipu daya musuh kami; setan yang terkutuk. Amien. Wallahu a’lam bishawab.
Riyadh, 07 November 2012 M
Sumber:Status Ustadz Abu Ja’far
0 komentar:
Posting Komentar