Jumat, 27 September 2013
MESEKK's BLOG!!!: Proses Fotosintesis pada Tumbuhan - Reaksi Terang ...
MESEKK's BLOG!!!: Proses Fotosintesis pada Tumbuhan - Reaksi Terang ...: Proses Fotosintesis pada Tumbuhan - Tumbuhan dan alga hijau mempunyai kemampuan untuk menggunakan senyawa anorganik seperti CO 2 dan ...
MESEKK's BLOG!!!: Materi Bahasa Indonesia Semester 2 kelas XI
MESEKK's BLOG!!!: Materi Bahasa Indonesia Semester 2 kelas XI: CERPEN Cerpen adalah karangan bebas yang memiliki unsur-unsur intrinsik dan ekstrinsik sebagai unsur pembangun cerita tersebut. Unsur intr...
MESEKK's BLOG!!!: materi kelas XI IPA semester 1 dan Semester 2: Mat...
MESEKK's BLOG!!!: materi kelas XI IPA semester 1 dan Semester 2: Mat...: materi kelas XI IPA semester 1 dan Semester 2: Materi Bahasa Indonesia Semester 1 : Bab I Membudayakan Cinta Lingkungan RESENSI Istila...
MESEKK's BLOG!!!: Contoh Report Text -
MESEKK's BLOG!!!: Contoh Report Text -: Untuk melengkapi artikel ini agar labih sempurna dari sebelumnya, dan juga ada sebuah permintaan khusus dari pembaca, maka pada kesempatan ...
MESEKK's BLOG!!!: 10 Misteri Otak Manusia
MESEKK's BLOG!!!: 10 Misteri Otak Manusia: MISTERI OTAK MANUSIA Jangankan alam sekitar, diri sendiri kita pun masih banyak menyi mpan tanda tanya. Otak manusia bisa disamakan deng...
MESEKK's BLOG!!!: Surat Resmi & Surat Pribadi
MESEKK's BLOG!!!: Surat Resmi & Surat Pribadi: SURAT RESMI Surat adalah bentuk komunikasi tertulis yang disampaikan untuk tujuan tertentu. Berdasarkan bentuk dan tujuannya, secara...
MESEKK's BLOG!!!: Contoh Menulis Berita 5W + 1H
MESEKK's BLOG!!!: Contoh Menulis Berita 5W + 1H: Contoh menulis berita dan pembahasan mengenai isi berita yang menggunakan 5W + 1H . Berita ini saya ambil dari detik.com (27/01/2013). J...
MESEKK's BLOG!!!: [K-Drama] That Winter, The Wind Blows (2013) - Ind...
MESEKK's BLOG!!!: [K-Drama] That Winter, The Wind Blows (2013) - Ind...: [K-Drama] That Winter, The Wind Blows (2013) - Indonesian Subtitles Land
MESEKK's BLOG!!!: PERTUMBUHAN DAN PERKEMBANGAN MAKHLUK HIDUP
MESEKK's BLOG!!!: PERTUMBUHAN DAN PERKEMBANGAN MAKHLUK HIDUP: Standar Kompetensi : Memahami berbagai sistem dalam kehidupan manusia. Kompetensi Dasar : 1.1 Menganalisis pentingnya pertumbuhan dan per...
MESEKK's BLOG!!!: FISIKA SMA: SOAL-SOAL JANGKA SORONG
MESEKK's BLOG!!!: FISIKA SMA: SOAL-SOAL JANGKA SORONG: FISIKA SMA: SOAL-SOAL JANGKA SORONG
MESEKK's BLOG!!!: Pengertian Proses Metabolisme
MESEKK's BLOG!!!: Pengertian Proses Metabolisme: P engertian Proses Metabolisme- Seperti yang Anda ketahui dalam proses penyediaan energi, baik pada tumbuhan maupun manusia, melalui rentet...
MESEKK's BLOG!!!: FISIKA SMA: EFEK DOPLER
MESEKK's BLOG!!!: FISIKA SMA: EFEK DOPLER: FISIKA SMA: EFEK DOPLER
MESEKK's BLOG!!!: FISIKA SMA: SOAL-SOAL MIKROMETER SKRUP
MESEKK's BLOG!!!: FISIKA SMA: SOAL-SOAL MIKROMETER SKRUP: FISIKA SMA: SOAL-SOAL MIKROMETER SKRUP
MESEKK's BLOG!!!: FISIKA SMA: SOAL-SOAL GERAK LURUS
MESEKK's BLOG!!!: FISIKA SMA: SOAL-SOAL GERAK LURUS: FISIKA SMA: SOAL-SOAL GERAK LURUS
MESEKK's BLOG!!!: FISIKA SMA: SOAL-SOAL GELOMBANG BUNYI
MESEKK's BLOG!!!: FISIKA SMA: SOAL-SOAL GELOMBANG BUNYI: FISIKA SMA: SOAL-SOAL GELOMBANG BUNYI
MESEKK's BLOG!!!: FISIKA SMA: SOAL-SOAL GELOMBANG BUNYI
MESEKK's BLOG!!!: FISIKA SMA: SOAL-SOAL GELOMBANG BUNYI: FISIKA SMA: SOAL-SOAL GELOMBANG BUNYI
MESEKK's BLOG!!!: FISIKA SMA: INTENSITAS DAN TARF INTENSITAS BUNYI
MESEKK's BLOG!!!: FISIKA SMA: INTENSITAS DAN TARF INTENSITAS BUNYI: FISIKA SMA: INTENSITAS DAN TARF INTENSITAS BUNYI
MESEKK's BLOG!!!: FISIKA SMA: MATERI DINAMIKA ROTASI
MESEKK's BLOG!!!: FISIKA SMA: MATERI DINAMIKA ROTASI: FISIKA SMA: MATERI DINAMIKA ROTASI
MESEKK's BLOG!!!: FISIKA SMA: BAHAN AJAR POWER POINT
MESEKK's BLOG!!!: FISIKA SMA: BAHAN AJAR POWER POINT: FISIKA SMA: BAHAN AJAR POWER POINT : 1. Pengukuran 2. Vektor 3. Gerak Lurus 4. Gerak Parabola 5. Suhu Dan kalor 6. Pemuaian 7. Penguku...
MESEKK's BLOG!!!: Cara Mengetik Cepat Dengan 10 Jari | Segala Cara
MESEKK's BLOG!!!: Cara Mengetik Cepat Dengan 10 Jari | Segala Cara: Cara Mengetik Cepat Dengan 10 Jari | Segala Cara
MESEKK's BLOG!!!: FISIKA SMA: MATERI DINAMIKA ROTASI
MESEKK's BLOG!!!: FISIKA SMA: MATERI DINAMIKA ROTASI: FISIKA SMA: MATERI DINAMIKA ROTASI
MESEKK's BLOG!!!: Cara Mengetik Cepat Dengan 10 Jari | Segala Cara
MESEKK's BLOG!!!: Cara Mengetik Cepat Dengan 10 Jari | Segala Cara: Cara Mengetik Cepat Dengan 10 Jari | Segala Cara
MESEKK's BLOG!!!: Resep Rendang Daging Sapi Padang
MESEKK's BLOG!!!: Resep Rendang Daging Sapi Padang: Rendang adalah salah satu makanan khas nusantara tepatnya di Padang Sumatra Barat. Masakan rendang berbahan dasar sapi ini disukai banya...
MESEKK's BLOG!!!: FISIKA SMA: MATERI PENGUKURAN
MESEKK's BLOG!!!: FISIKA SMA: MATERI PENGUKURAN: FISIKA SMA: MATERI PENGUKURAN : Jangka Sorong Mikrometer Skrup
MESEKK's BLOG!!!: Cara Membuat Es Koktail Buah Praktis | Segala Cara...
MESEKK's BLOG!!!: Cara Membuat Es Koktail Buah Praktis | Segala Cara...: Cara Membuat Es Koktail Buah Praktis | Segala Cara
MESEKK's BLOG!!!: Cara Membuat Bubuk Bawang Sendiri | Segala Cara
MESEKK's BLOG!!!: Cara Membuat Bubuk Bawang Sendiri | Segala Cara: Cara Membuat Bubuk Bawang Sendiri | Segala Cara
MESEKK's BLOG!!!: FISIKA SMA: MATERI VEKTOR
MESEKK's BLOG!!!: FISIKA SMA: MATERI VEKTOR: FISIKA SMA: MATERI VEKTOR
MESEKK's BLOG!!!: Cikalong Kreatif: cara membuat bunga tulip dari ka...
MESEKK's BLOG!!!: Cikalong Kreatif: cara membuat bunga tulip dari ka...: Cikalong Kreatif: cara membuat bunga tulip dari kain flanel : 1. Potong kelopak bunga sebanyak sembilan lembar (di gambar cuma ada delapan, ...
MESEKK's BLOG!!!: Cikalong Kreatif: cara membuat bunga tulip dari ka...
MESEKK's BLOG!!!: Cikalong Kreatif: cara membuat bunga tulip dari ka...: Cikalong Kreatif: cara membuat bunga tulip dari kain flanel : 1. Potong kelopak bunga sebanyak sembilan lembar (di gambar cuma ada delapan, ...
MESEKK's BLOG!!!: Cikalong Kreatif: cara membuat bando dari kain fla...
MESEKK's BLOG!!!: Cikalong Kreatif: cara membuat bando dari kain fla...: Cikalong Kreatif: cara membuat bando dari kain flanel : Cara Membuat Bando dari Kain Flanel Horeeee…saatnya tutorial…buat yang mau bikinin a...
MESEKK's BLOG!!!: Cara Membuat Sup Kembang Tahu Aroma Jahe | Segala ...
MESEKK's BLOG!!!: Cara Membuat Sup Kembang Tahu Aroma Jahe | Segala ...: Cara Membuat Sup Kembang Tahu Aroma Jahe | Segala Cara
MESEKK's BLOG!!!: Cara Membuat Terong Tepung | Segala Cara
MESEKK's BLOG!!!: Cara Membuat Terong Tepung | Segala Cara: Cara Membuat Terong Tepung | Segala Cara
MESEKK's BLOG!!!: Cara Membuat Sup Kembang Tahu Aroma Jahe | Segala ...
MESEKK's BLOG!!!: Cara Membuat Sup Kembang Tahu Aroma Jahe | Segala ...: Cara Membuat Sup Kembang Tahu Aroma Jahe | Segala Cara
MESEKK's BLOG!!!: Cara Membuat Terong Tepung | Segala Cara
MESEKK's BLOG!!!: Cara Membuat Terong Tepung | Segala Cara: Cara Membuat Terong Tepung | Segala Cara
MESEKK's BLOG!!!: Cikalong Kreatif: Cara membuat aplikasi kupu,kupu,...
MESEKK's BLOG!!!: Cikalong Kreatif: Cara membuat aplikasi kupu,kupu,...: Cikalong Kreatif: Cara membuat aplikasi kupu,kupu,,, : 1. Sediakan bahan-bahan standar buat bikin kerajinan flanel… Kain flanel, lem uhu dan...
MESEKK's BLOG!!!: Cikalong Kreatif: butter cream
MESEKK's BLOG!!!: Cikalong Kreatif: butter cream: Cikalong Kreatif: butter cream : G unakan 2 lembar lingkaran flanel dgn warna yg berbeda. Lalu potong seperti langkah...
MESEKK's BLOG!!!: Cikalong Kreatif: cara membuat bunga gulung
MESEKK's BLOG!!!: Cikalong Kreatif: cara membuat bunga gulung: Cikalong Kreatif: cara membuat bunga gulung : 1. Potong kain flanel seperti gambar sebanyak enam lembar, yang satu beda warna karena akan di...
agar agar stroberi kelapa
Ingin resep agar-agar yang satu ini? rasanya segar dan nikmat. Cara membuatnya sangat mudah, nggak sesulit sebagaimana resep puding stroberi lainnya. Bahan-bahan yang digunakan adalah sebagai berikut.
Bahan:
- Air kelapa muda 500 ml Air Kelapa Muda
- Agar-agar stroberi 120 gr
- Daging kelapa muda 200 gr
- Es Batu serut
Kamis, 26 September 2013
Sebab-sebab Naik-turunnya Iman dan Cara Meningkatkan Keimanan
1. Pelajarilah berbagai ilmu agama Islam yang bersumber pada Al-Qur’an dan Hadits
a. Perbanyaklah membaca Al-Qur’an dan renungkan maknanya
Ayat-ayat Al-Qur’an memiliki target yang luas dan spesifik sesuai kebutuhan masing-masing orang yang sedang mencari atau memuliakan Tuhannya. Sebagian ayat Al-Qur’an mampu menggetarkan kulit seseorang yang sedang mencari kemuliaan Allah, dilain pihak Al-Qur’an mampu membuat menangis seorang pendosa, atau membuat tenang seorang pencari ketenangan.
“Ini adalah sebuah kitab yang Kami turunkan kepadamu penuh dengan berkah supaya mereka memperhatikan ayat-ayatnya dan supaya mendapat pelajaran orang-orang yang mempunyai pikiran.” (QS, Shaad 38:29)
”Dan Kami turunkan dari Al Qur’an suatu yang menjadi penawar dan rahmat bagi orang-orang yang beriman dan Al Qur’an itu tidaklah menambah kepada orang-orang yang lalim selain kerugian.” (QS, al-Israa’ 17:82)
Ayat-ayat Al-Qur’an memiliki target yang luas dan spesifik sesuai kebutuhan masing-masing orang yang sedang mencari atau memuliakan Tuhannya. Sebagian ayat Al-Qur’an mampu menggetarkan kulit seseorang yang sedang mencari kemuliaan Allah, dilain pihak Al-Qur’an mampu membuat menangis seorang pendosa, atau membuat tenang seorang pencari ketenangan.
“Ini adalah sebuah kitab yang Kami turunkan kepadamu penuh dengan berkah supaya mereka memperhatikan ayat-ayatnya dan supaya mendapat pelajaran orang-orang yang mempunyai pikiran.” (QS, Shaad 38:29)
”Dan Kami turunkan dari Al Qur’an suatu yang menjadi penawar dan rahmat bagi orang-orang yang beriman dan Al Qur’an itu tidaklah menambah kepada orang-orang yang lalim selain kerugian.” (QS, al-Israa’ 17:82)
b. Pelajarilah ilmu mengenai Asma’ul Husna, Sifat-sifat Yang Maha Agung.
Bila seseorang memahami sifat Allah yang Maha Mendengar, Maha Melihat dan Maha Mengetahui, maka ia akan menahan lidahnya, anggota tubuhnya dan gerakan hatinya dari apapun yang tidak disukai Allah.
Bila seseorang memahami sifat Allah yang Maha Indah, Maha Agung dan Maha Perkasa, maka semakin besarlah keinginannya untuk bertemu Allah di hari akhirat sehingga iapun secara cermat memenuhi berbagai persyaratan yang diminta Allah untuk bisa bertemu dengan-Nya (yaitu dengan memperbanyak amal ibadah).
Bila seseorang memahami sifat Allah yang Maha Santun, Maha Halus dan Maha Penyabar, maka iapun merasa malu ketika ia marah, dan hidupnya merasa tenang karena tahu bahwa ia dijaga oleh Tuhannya secara lembut dan sabar.
Bila seseorang memahami sifat Allah yang Maha Mendengar, Maha Melihat dan Maha Mengetahui, maka ia akan menahan lidahnya, anggota tubuhnya dan gerakan hatinya dari apapun yang tidak disukai Allah.
Bila seseorang memahami sifat Allah yang Maha Indah, Maha Agung dan Maha Perkasa, maka semakin besarlah keinginannya untuk bertemu Allah di hari akhirat sehingga iapun secara cermat memenuhi berbagai persyaratan yang diminta Allah untuk bisa bertemu dengan-Nya (yaitu dengan memperbanyak amal ibadah).
Bila seseorang memahami sifat Allah yang Maha Santun, Maha Halus dan Maha Penyabar, maka iapun merasa malu ketika ia marah, dan hidupnya merasa tenang karena tahu bahwa ia dijaga oleh Tuhannya secara lembut dan sabar.
c. Pelajari dengan cermat sejarah (Siroh) kehidupan Rasulullah SAW.
Dengan memahami perilaku, keagungan dan perjuangan Rasulullah, akan menumbuhkan rasa cinta kita terhadapnya, kemudian berkembang menjadi keinginan untuk mencontoh semua perilaku beliau dan mematuhi pesan-pesan beliau selaku utusan Allah.
Seorang sahabat r.a. mendatangi Rasulullah saw dan bertanya, “Wahai Rasul Allah, kapan tibanya hari akhirat?”. Rasulullah saw balik bertanya : “Apakah yang telah engkau persiapkan untuk menghadapi hari akhirat?”. Si sahabat menjawab , “Wahai Rasulullah, aku telah sholat, puasa dan bersedekah selama ini, tetap saja rasanya semua itu belum cukup. Namun didalam hati, aku sangat mencintai dirimu, ya Rasulullah”. Rasulullah saw menjawab, “Insya Allah, di akhirat kelak engkau akan bersama orang yang engkau cintai”. (HR Muslim) Inilah hadits yang sangat disukai para sahabat Rasulullah SAW. Jelaslah bahwa mencintai Rasulullah adalah salah satu jalan menuju surga, dan membaca riwayat hidupnya (siroh) adalah cara terpenting untuk lebih mudah memahami dan mencintai Rasulullah SAW.
Dengan memahami perilaku, keagungan dan perjuangan Rasulullah, akan menumbuhkan rasa cinta kita terhadapnya, kemudian berkembang menjadi keinginan untuk mencontoh semua perilaku beliau dan mematuhi pesan-pesan beliau selaku utusan Allah.
Seorang sahabat r.a. mendatangi Rasulullah saw dan bertanya, “Wahai Rasul Allah, kapan tibanya hari akhirat?”. Rasulullah saw balik bertanya : “Apakah yang telah engkau persiapkan untuk menghadapi hari akhirat?”. Si sahabat menjawab , “Wahai Rasulullah, aku telah sholat, puasa dan bersedekah selama ini, tetap saja rasanya semua itu belum cukup. Namun didalam hati, aku sangat mencintai dirimu, ya Rasulullah”. Rasulullah saw menjawab, “Insya Allah, di akhirat kelak engkau akan bersama orang yang engkau cintai”. (HR Muslim) Inilah hadits yang sangat disukai para sahabat Rasulullah SAW. Jelaslah bahwa mencintai Rasulullah adalah salah satu jalan menuju surga, dan membaca riwayat hidupnya (siroh) adalah cara terpenting untuk lebih mudah memahami dan mencintai Rasulullah SAW.
d. Mempelajari Jasa-jasa dan Kualitas Agama Islam
Perenungan terhadap syariat Islam, hukum-hukumnya, akhlak yang diajarkannya, perintah dan larangannya, akan menimbulkan kekaguman terhadap kesempurnaan ajaran agama Islam ini. Tidak ada agama lain yang memiliki aturan dan etiket yang sedemikian rincinya seperti Islam, dimana untuk makan dan ke WC pun ada adabnya, untuk aspek hukum dan ekonomi ada aturannya, bahkan untuk berhubungan suami -istripun ada aturannya.
Perenungan terhadap syariat Islam, hukum-hukumnya, akhlak yang diajarkannya, perintah dan larangannya, akan menimbulkan kekaguman terhadap kesempurnaan ajaran agama Islam ini. Tidak ada agama lain yang memiliki aturan dan etiket yang sedemikian rincinya seperti Islam, dimana untuk makan dan ke WC pun ada adabnya, untuk aspek hukum dan ekonomi ada aturannya, bahkan untuk berhubungan suami -istripun ada aturannya.
e. Mempelajari Kehidupan Orang-orang Sholeh (generasi Shalafus Sholihin, para sahabat Rasulullah SAW, murid-murid para sahabat, tabi’in dan tabi’it tabi’in)
Mereka adalah generasi-generasi terbaik dari Islam. Mereka adalah orang-orang yang kadar keimanannya diibaratkan sebesar gunung Uhud sementara manusia zaman kini diibaratkan kadar keimananya tak lebih dari sebutir debu dari gunung Uhud. Umar r.a. pernah memuntahkan makanan yang sudah masuk ke perutnya ketika tahu bahwa makanan yang diberikan padanya kurang halal sumbernya. Sejarah lain menceritakan tentang lumrahnya seorang tabi’in meng-khatamkan Qur’an dalam satu kali sholatnya. Atau cerita tentang seorang sholeh yang lebih dari 40 tahun hidupnya berturut-turut tidak pernah sholat wajib sendiri kecuali berjamaah di mesjid. Atau seorang sholeh yang menangis karena lupa mengucap doa ketika masuk mesjid. Inilah cerita-cerita teladan yang mampu menggetarkan hati seorang yang sedang meningkatkan keimanannnya.
Mereka adalah generasi-generasi terbaik dari Islam. Mereka adalah orang-orang yang kadar keimanannya diibaratkan sebesar gunung Uhud sementara manusia zaman kini diibaratkan kadar keimananya tak lebih dari sebutir debu dari gunung Uhud. Umar r.a. pernah memuntahkan makanan yang sudah masuk ke perutnya ketika tahu bahwa makanan yang diberikan padanya kurang halal sumbernya. Sejarah lain menceritakan tentang lumrahnya seorang tabi’in meng-khatamkan Qur’an dalam satu kali sholatnya. Atau cerita tentang seorang sholeh yang lebih dari 40 tahun hidupnya berturut-turut tidak pernah sholat wajib sendiri kecuali berjamaah di mesjid. Atau seorang sholeh yang menangis karena lupa mengucap doa ketika masuk mesjid. Inilah cerita-cerita teladan yang mampu menggetarkan hati seorang yang sedang meningkatkan keimanannnya.
2. Renungkanlah tanda-tanda kebesaran Allah yang ada di alam (ma’rifatullah)
Singkirkan dulu kesombongan akal kita, renungkan secara tulus bagaimana alam ini diciptakan. Sungguh pasti ada kekuatan luar biasa yang mampu menciptakan alam yang sempurna ini, sebuah struktur dan sistem kehidupan yang rapi, mulai dari tata surya, galaksi hingga struktur pohon dan sel-sel atom.
Renungkan pula rahasia dan mukjizat Qur’an. Salah satu keajaiban Al Qur’an adalah struktur matematis Al Qur’an. Walau wahyu Allah diturunkan bertahap namun ketika seluruh wahyu lengkap maka ditemukan bahwa kata tunggal “hari” disebut sebanyak 365 kali, sebanyak jumlah hari pada satu tahun syamsiyyah (masehi). Kata jamak hari disebut sebanyak 30 kali, sama dengan jumlah hari dalam satu bulan. Sedang kata Syahrun (bulan) dalam Al Quran disebut sebanyak 12 kali sama dengan jumlah bulan dalam satu tahun. Kata Saa’ah (jam) disebutkan sebanyak 24 kali sama dengan jumlah jam sehari semalam. Dan semua kata-kata itu tersebar di 114 surat dan 6666 ayat dan ratusan ribu kata yang tersusun indah. Dan masih banyak lagi keajaiban dan mukjizat Al Quran dari sisi pandang lainnya yang membuktikan bahwa itu bukan karya manusia. Masih banyak pula mukjizat lainnya di alam ini yang membuktikan bahwa alam ini memiliki struktur yang sangat sempurna dan tidak mungkin tercipta dengan sendirinya. Adalah lumrah, bahwa sesuatu yang tidak mungkin diciptakan manusia, pastilah diciptakan sesuatu yang Maha Kuasa, Maha Besar. Inilah yang menambah kecilnya diri kita dan menambah kekaguman dan cinta serta iman kita kepada Sang Pencipta alam semesta ini.
Singkirkan dulu kesombongan akal kita, renungkan secara tulus bagaimana alam ini diciptakan. Sungguh pasti ada kekuatan luar biasa yang mampu menciptakan alam yang sempurna ini, sebuah struktur dan sistem kehidupan yang rapi, mulai dari tata surya, galaksi hingga struktur pohon dan sel-sel atom.
Renungkan pula rahasia dan mukjizat Qur’an. Salah satu keajaiban Al Qur’an adalah struktur matematis Al Qur’an. Walau wahyu Allah diturunkan bertahap namun ketika seluruh wahyu lengkap maka ditemukan bahwa kata tunggal “hari” disebut sebanyak 365 kali, sebanyak jumlah hari pada satu tahun syamsiyyah (masehi). Kata jamak hari disebut sebanyak 30 kali, sama dengan jumlah hari dalam satu bulan. Sedang kata Syahrun (bulan) dalam Al Quran disebut sebanyak 12 kali sama dengan jumlah bulan dalam satu tahun. Kata Saa’ah (jam) disebutkan sebanyak 24 kali sama dengan jumlah jam sehari semalam. Dan semua kata-kata itu tersebar di 114 surat dan 6666 ayat dan ratusan ribu kata yang tersusun indah. Dan masih banyak lagi keajaiban dan mukjizat Al Quran dari sisi pandang lainnya yang membuktikan bahwa itu bukan karya manusia. Masih banyak pula mukjizat lainnya di alam ini yang membuktikan bahwa alam ini memiliki struktur yang sangat sempurna dan tidak mungkin tercipta dengan sendirinya. Adalah lumrah, bahwa sesuatu yang tidak mungkin diciptakan manusia, pastilah diciptakan sesuatu yang Maha Kuasa, Maha Besar. Inilah yang menambah kecilnya diri kita dan menambah kekaguman dan cinta serta iman kita kepada Sang Pencipta alam semesta ini.
3. Berusaha keras melakukan amal perbuatan yang baik secara ikhlas
Amal perbuatan perlu digerakkan. Dimulai dari hati, kemudian terungkap melalui lidah kita dan kemudian anggota tubuh kita. Selain ikhlas, diperlukan usaha dan keseriusan untuk melakukan amalan-amalan ini.
a. Amalan Hati
Dilakukan melalui pembersihan hati kita dari sifat-sifat buruk, selalu menjaga kesucian hati. Ciptakan sifat-sifat sabar dan tawakal, penuh takut dan harap akan Allah. Jauhi sifat tamak, kikir, prasangka buruk dan sebagainya.
b. Amalan Lidah
Perbanyak membaca Al-Qur’an, zikir, bertasbih, tahlil, takbir, istighfar, mengirim salam dan sholawat kepada Rasulullah dan mengajak orang lain kepada kebaikan, melarang kemungkaran.
c. Amalan Anggota Tubuh
Dilakukan melalui kepatuhan dalam sholat, pengorbanan untuk bersedekah, perjuangan untuk berhaji hingga disiplin untuk sholat berjamaah di mesjid (khususnya bagi pria).
Amal perbuatan perlu digerakkan. Dimulai dari hati, kemudian terungkap melalui lidah kita dan kemudian anggota tubuh kita. Selain ikhlas, diperlukan usaha dan keseriusan untuk melakukan amalan-amalan ini.
a. Amalan Hati
Dilakukan melalui pembersihan hati kita dari sifat-sifat buruk, selalu menjaga kesucian hati. Ciptakan sifat-sifat sabar dan tawakal, penuh takut dan harap akan Allah. Jauhi sifat tamak, kikir, prasangka buruk dan sebagainya.
b. Amalan Lidah
Perbanyak membaca Al-Qur’an, zikir, bertasbih, tahlil, takbir, istighfar, mengirim salam dan sholawat kepada Rasulullah dan mengajak orang lain kepada kebaikan, melarang kemungkaran.
c. Amalan Anggota Tubuh
Dilakukan melalui kepatuhan dalam sholat, pengorbanan untuk bersedekah, perjuangan untuk berhaji hingga disiplin untuk sholat berjamaah di mesjid (khususnya bagi pria).
SEBAB-SEBAB TURUNNYA KADAR IMAN :
Sebab-sebab dari dalam diri kita sendiri (Internal) :
1. Kebodohan
Kebodohan merupakan pangkal dari berbagai perbuatan buruk. Seseorang berbuat jahat boleh jadi karena ia tak tahu bahwa perbuatan itu dilarang agama, atau ia tidak tahu ancaman dan bahaya yang akan dihadapinya kelak di akhirat, atau ia tidak tahu keperkasaan Sang Maha Kuasa yang mengatur denyut jantungnya, mengatur musibah dan rezekinya.
Kebodohan merupakan pangkal dari berbagai perbuatan buruk. Seseorang berbuat jahat boleh jadi karena ia tak tahu bahwa perbuatan itu dilarang agama, atau ia tidak tahu ancaman dan bahaya yang akan dihadapinya kelak di akhirat, atau ia tidak tahu keperkasaan Sang Maha Kuasa yang mengatur denyut jantungnya, mengatur musibah dan rezekinya.
2. Ketidakpedulian, keengganan dan melupakan
Ketidakpedulian menyebabkan pikiran seseorang diisi dengan hal-hal duniawi yang hanya ia sukai (yang ia pedulikan), sedangkan yang bukan ia sukai tidak diberi tempat dipikirannya. Ini menyebabkan ia tidak ingat (dzikir) pada Allah, sifatnya tidak tulus, tidak punya rasa takut dan malu (kepada Allah), tidak merasa berdosa (tidak perlu tobat), dan bisa jadi ia menjadi sombong karena tidak merasakan pentingnya berbuat rendah hati dan sederhana.
Kengganan seseorang untuk melakukan suatu kebaikan padahal ia tahu hal itu telah diperintahkan Allah, maka ia termasuk orang yang men-zhalimi (melalaikan) dirinya sendiri. Allah akan mengunci hatinya dari jalan yang lurus (al-Kahfi 18:5), dan ia akan menjadi teman syeitan (Thaaha 20:124).
Melupakan kewajiban dan kepatuhan seseorang dalam beribadah berawal dari sifat lalai atau lemah hatinya. Waktu dan energinya harus didorong agar diisi lebih banyak dengan perbuatan amal sholeh, kalau tidak maka kesenangan duniawi akan semakin menguasai dirinya hingga ia semakin jauh dari ingat (dzikir) kepada Allah.
Ketidakpedulian menyebabkan pikiran seseorang diisi dengan hal-hal duniawi yang hanya ia sukai (yang ia pedulikan), sedangkan yang bukan ia sukai tidak diberi tempat dipikirannya. Ini menyebabkan ia tidak ingat (dzikir) pada Allah, sifatnya tidak tulus, tidak punya rasa takut dan malu (kepada Allah), tidak merasa berdosa (tidak perlu tobat), dan bisa jadi ia menjadi sombong karena tidak merasakan pentingnya berbuat rendah hati dan sederhana.
Kengganan seseorang untuk melakukan suatu kebaikan padahal ia tahu hal itu telah diperintahkan Allah, maka ia termasuk orang yang men-zhalimi (melalaikan) dirinya sendiri. Allah akan mengunci hatinya dari jalan yang lurus (al-Kahfi 18:5), dan ia akan menjadi teman syeitan (Thaaha 20:124).
Melupakan kewajiban dan kepatuhan seseorang dalam beribadah berawal dari sifat lalai atau lemah hatinya. Waktu dan energinya harus didorong agar diisi lebih banyak dengan perbuatan amal sholeh, kalau tidak maka kesenangan duniawi akan semakin menguasai dirinya hingga ia semakin jauh dari ingat (dzikir) kepada Allah.
3. Menyepelekan dan melakukan perbuatan dosa
Awal dari perbuatan dosa adalah sikap menyepelekan (tidak patuh terhadap) perintah dan larangan Allah. Perbuatan dosa umumnya dilakukan secara bertahap, misalnya dimulai dari zinah pandangan mata yang dianggap dosa kecil kemudian berkembang menjadi zinah tubuh. Dosa-dosa kecil yang disepelekan merupakan proses pendidikan jahat (pembiasaan) untuk menyepelekan dosa-dosa besar. Karena itu basmilah dosa-dosa kecil selagi belum tumbuh menjadi dosa besar.
Awal dari perbuatan dosa adalah sikap menyepelekan (tidak patuh terhadap) perintah dan larangan Allah. Perbuatan dosa umumnya dilakukan secara bertahap, misalnya dimulai dari zinah pandangan mata yang dianggap dosa kecil kemudian berkembang menjadi zinah tubuh. Dosa-dosa kecil yang disepelekan merupakan proses pendidikan jahat (pembiasaan) untuk menyepelekan dosa-dosa besar. Karena itu basmilah dosa-dosa kecil selagi belum tumbuh menjadi dosa besar.
4. Jiwa yang selalu memerintahkan berbuat jahat
Ibnul Qayyim Al Jauziyyah mengatakan, Allah menggabungkan dua jiwa, yakni jiwa jahat dan jiwa yang tenang sekaligus dalam diri manusia, dan mereka saling bermusuhan dalam diri seorang manusia. Disaat salah satu melemah, maka yang lain menguat. Perang antar keduanya berlangsung terus hingga si empunya jiwa meninggal dunia. Adalah sungguh merugi orang-orang yang jiwa jahatnya menguasai tubuhnya. Seperti sabda Rasulullah, “..barang siapa yang diberi petunjuk Allah maka tidak ada yang dapat menyesatkannya, dan barang siapa yang disesatkannya maka tidak ada seorangpun yang dapat memberinya petunjuk”. Sifat lalai, tidak mau belajar agama, sombong dan tidak peduli merupakan beberapa cara untuk membiarkan jiwa jahat dalam tubuh kita berkuasa. Sedangkan sifat rendah hati, mau belajar, mau melakukan instropeksi (muhasabah) merupakan cara untuk memperkuat jiwa kebaikan (jiwa tenang) yang ada dalam tubuh kita.
Ibnul Qayyim Al Jauziyyah mengatakan, Allah menggabungkan dua jiwa, yakni jiwa jahat dan jiwa yang tenang sekaligus dalam diri manusia, dan mereka saling bermusuhan dalam diri seorang manusia. Disaat salah satu melemah, maka yang lain menguat. Perang antar keduanya berlangsung terus hingga si empunya jiwa meninggal dunia. Adalah sungguh merugi orang-orang yang jiwa jahatnya menguasai tubuhnya. Seperti sabda Rasulullah, “..barang siapa yang diberi petunjuk Allah maka tidak ada yang dapat menyesatkannya, dan barang siapa yang disesatkannya maka tidak ada seorangpun yang dapat memberinya petunjuk”. Sifat lalai, tidak mau belajar agama, sombong dan tidak peduli merupakan beberapa cara untuk membiarkan jiwa jahat dalam tubuh kita berkuasa. Sedangkan sifat rendah hati, mau belajar, mau melakukan instropeksi (muhasabah) merupakan cara untuk memperkuat jiwa kebaikan (jiwa tenang) yang ada dalam tubuh kita.
Sebab-sebab dari luar diri kita (External) :
1. Syaitan
Syaitan adalah musuh manusia. Tujuan syaitan adalah untuk merusak keimanan orang. Siapa saja yang tidak membentengi dirinya dengan selalu mengingat Allah maka ia menjadi sarang syaitan, menjerumuskannya dalam kesesatan, ketidak patuhan terhadap Allah, membujuknya melakukan dosa.
Syaitan adalah musuh manusia. Tujuan syaitan adalah untuk merusak keimanan orang. Siapa saja yang tidak membentengi dirinya dengan selalu mengingat Allah maka ia menjadi sarang syaitan, menjerumuskannya dalam kesesatan, ketidak patuhan terhadap Allah, membujuknya melakukan dosa.
2. Bujukan dan rayuan dunia
Allah SWT berfirman : “Ketahuilah, bahwa sesungguhnya kehidupan dunia itu hanyalah permainan dan suatu yang melalaikan, perhiasan dan bermegah-megah antara kamu serta berbangga-bangga tentang banyaknya harta dan anak, seperti hujan yang tanam-tanamannya mengagumkan para petani; kemudian tanaman itu menjadi kering dan kamu lihat warnanya kuning kemudian menjadi hancur. Dan di akhirat (nanti) ada azab yang keras dan ampunan dari Allah serta keridaan-Nya. Dan kehidupan dunia ini tidak lain hanyalah kesenangan yang menipu”. (QS, al-Hadiid 57:20).
Tujuan hidup manusia seluruhnya untuk akhirat. Apapun kegiatan dunia yang kita lakukan, seperti mencari nafkah, menonton TV, bertemu teman dan keluarga, seharusnya semua itu ditujukan untuk meraih pahala akhirat. Tidak secuilpun dari kegiatan duniawi boleh dilepaskan dari aturan main yang diperintahkan atau dilarang Allah. Ibnul Qayyim mengibaratkan hati sebagai suatu wadah bagi tujuan hidup manusia (akhirat dan duniawi) dengan kapasitas (daya tampung) tertentu. Ketika tujuan duniawi tumbuh maka ia akan mengurangi porsi tujuan akhirat. Ketika porsi tujuan akhirat bertambah maka porsi tujuan duniawi berkurang. Dalam situasi dimana tujuan dunia menguasai hati kita maka hanya tersisa sedikit porsi akhirat di hati kita, dan inilah awal dari menurunnya keimanan kita.
Allah SWT berfirman : “Ketahuilah, bahwa sesungguhnya kehidupan dunia itu hanyalah permainan dan suatu yang melalaikan, perhiasan dan bermegah-megah antara kamu serta berbangga-bangga tentang banyaknya harta dan anak, seperti hujan yang tanam-tanamannya mengagumkan para petani; kemudian tanaman itu menjadi kering dan kamu lihat warnanya kuning kemudian menjadi hancur. Dan di akhirat (nanti) ada azab yang keras dan ampunan dari Allah serta keridaan-Nya. Dan kehidupan dunia ini tidak lain hanyalah kesenangan yang menipu”. (QS, al-Hadiid 57:20).
Tujuan hidup manusia seluruhnya untuk akhirat. Apapun kegiatan dunia yang kita lakukan, seperti mencari nafkah, menonton TV, bertemu teman dan keluarga, seharusnya semua itu ditujukan untuk meraih pahala akhirat. Tidak secuilpun dari kegiatan duniawi boleh dilepaskan dari aturan main yang diperintahkan atau dilarang Allah. Ibnul Qayyim mengibaratkan hati sebagai suatu wadah bagi tujuan hidup manusia (akhirat dan duniawi) dengan kapasitas (daya tampung) tertentu. Ketika tujuan duniawi tumbuh maka ia akan mengurangi porsi tujuan akhirat. Ketika porsi tujuan akhirat bertambah maka porsi tujuan duniawi berkurang. Dalam situasi dimana tujuan dunia menguasai hati kita maka hanya tersisa sedikit porsi akhirat di hati kita, dan inilah awal dari menurunnya keimanan kita.
3. Pergaulan yang buruk
Rasulullah bersabda : “Seseorang itu terletak pada agama teman dekatnya, sehingga masing-masing kamu sebaiknya melihat kepada siapa dia mengambil teman dekatnya” (HR Tirmidzi, Abu Dawud, al-Hakim, al-Baghawi).
Seorang teman yang sholeh selalu memperhatikan perintah dan larangan Allah, karenanya ia selalu mengajak siapa saja orang disekitarnya untuk menuju kepada kebaikan dan mengingatkan mereka bila mendekati kemungkaran. Teman dan sahabat yang sholeh sangat penting kita miliki di zaman kini dimana pergaulan manusia sudah sangat bebas dan tidak lagi memperhatikan nilai-nilai agama Islam. Berada diantara teman-teman yang sholeh akan membuat seorang wanita tidak merasa asing bila mengenakan jilbab. Demikian pula seorang pria bisa merasa bersalah bila ia membicarakan aurat wanita diantara orang-orang sholeh. Sebaliknya berada diantara orang-orang yang tidak sholeh atau berperilaku buruk menjadikan kita dipandang aneh bila berjilbab atau bahkan ketika hendak melakukan sholat.
Rasulullah bersabda : “Seseorang itu terletak pada agama teman dekatnya, sehingga masing-masing kamu sebaiknya melihat kepada siapa dia mengambil teman dekatnya” (HR Tirmidzi, Abu Dawud, al-Hakim, al-Baghawi).
Seorang teman yang sholeh selalu memperhatikan perintah dan larangan Allah, karenanya ia selalu mengajak siapa saja orang disekitarnya untuk menuju kepada kebaikan dan mengingatkan mereka bila mendekati kemungkaran. Teman dan sahabat yang sholeh sangat penting kita miliki di zaman kini dimana pergaulan manusia sudah sangat bebas dan tidak lagi memperhatikan nilai-nilai agama Islam. Berada diantara teman-teman yang sholeh akan membuat seorang wanita tidak merasa asing bila mengenakan jilbab. Demikian pula seorang pria bisa merasa bersalah bila ia membicarakan aurat wanita diantara orang-orang sholeh. Sebaliknya berada diantara orang-orang yang tidak sholeh atau berperilaku buruk menjadikan kita dipandang aneh bila berjilbab atau bahkan ketika hendak melakukan sholat.
Menaikkan kadar iman bukanlah suatu pekerjaan mudah, karena begitu banyak usaha (menuntut ilmu, amalan-amalan) yang harus kita lakukan disamping godaan (syaitan, duniawi) yang akan kita hadapi. Paling tidak kita termasuk orang-orang yang lebih beruntung dibanding orang lain yang belum sempat mengetahui “sebab-sebab naik-turunnya iman” dalam tulisan ini. Mari kita ingatkan teman-teman kita dengan menyebarkan tulisan ini.
Sumber :
1. Sebab-sebab Naik Turunnya Iman, oleh Syaikh Abdur Razzaaq al-Abbaad
2. Asma’ul Husna, Ibnu Qayyim Al-Jauziyah
3. Penawar Hati yang Sakit, Ibnu Qayyim Al-Jauziyah
- See more at: http://inspirasiislami.com/index.php/2012/01/sebab-sebab-naik-turunnya-iman-dan-cara-meningkatkan-keimanan/#sthash.bMfyHboo.dpuf
1. Sebab-sebab Naik Turunnya Iman, oleh Syaikh Abdur Razzaaq al-Abbaad
2. Asma’ul Husna, Ibnu Qayyim Al-Jauziyah
3. Penawar Hati yang Sakit, Ibnu Qayyim Al-Jauziyah
Malu Bagian Dari Iman
Al-Hayaa’ atau rasa malu ialah: suatu sifat yang ada dalam hati dan jiwa manusia, yang mendorongnya untuk melakukan kebaikan dan ketaatan, serta mencegahnya dari prilaku buruk, tercela dan yang memalukan.
URGENSI RASA MALU:
• Sifat rasa malu merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari iman, karena ia merupakan salah satu buah dan konsekuensi utamanya. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda dalam hadits Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu:
“وَالْحَيَاءُ شُعْبَةٌ مِنْ الْإِيمَانِ”
“Dan rasa malu adalah satu bagian dari iman” (HR. Muttafaq ‘alaih).
• Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda dalam hadits ‘Imran bin Hushain radhiyallahu ‘anhu:
“الْحَيَاءُ خَيْرٌ كُلُّهُ” ،أَوْ قَالَ “الْحَيَاءُ كُلُّهُ خَيْرٌ”
“Rasa malu itu baik semuanya”, atau beliau bersabda: “Rasa malu itu semuanya baik” (HR. Muslim).
• Rasa malu merupakan salah satu faktor pendorong utama dalam setiap kebaikan, kebajikan dan ketaatan. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda dalam hadits ‘Imran bin Hushain radhiyallahu ‘anhu:
“الْحَيَاءُ لَا يَأْتِي إِلَّا بِخَيْرٍ”
“Rasa malu itu tidak mendatangkan selain kebaikan” (HR. Muttafaq ‘alih).
• Rasa malu merupakan salah satu faktor utama pencegah dan penghalang setiap keburukan dan kemungkaran. Perhatikan dan renungkan hadits ‘Imran bin Hushain radhiyallahu ‘anhu tersebut diatas.
• Akhlaq rasa malu merupakan salah satu akhlaq dasar Islam yang paling utama, bahkan ia termasuk yang menjadi dasar dan landasan bagi akhlaq-akhlaq lainnya.
• Akhlaq rasa malu ibarat bendungan penahan air atau kran air, dimana jika bendungan atau kran itu baik dan kokoh, maka air akan tertahan dan dialirkan sesuai kebutuhan secara terkontrol. Tapi jika bendungan atau kran tersebut rusak dan dol, maka air akan meluber kemana-mana secara tidak terkontrol. Demikian pula rasa malu, selama masih ada dan kuat, maka prilaku seseorang akan tetap terkontrol dengan baik. Namun jika rasa malu lemah atau bahkan hilang, maka seseorang akan menjadi seperti kuda liar yang lepas dari tali pengikatnya. Dalam hadits Abu Mas’ud Al-Badri radhiyallahu ‘anhu, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:
“إِنَّ مِمَّا أَدْرَكَ النَّاسُ مِنْ كَلَامِ النُّبُوَّةِ الْأُولَى إِذَا لَمْ تَسْتَحِ فَاصْنَعْ مَا شِئْتَ”
“Sesungguhnya diantara kata-kata kenabian terdahulu yang masih diingat oleh masyarakat adalah: “Jika kamu sudah tidak punya rasa malu lagi, maka berbuatlah sekehendakmu” (HR. Al-Bukhari).
• Akhlaq rasa malu, dengan demikian, merupakan salah satu parameter dan kunci utama bagi kebaikan dan kesalehan individu, keluarga, masyarakat dan bangsa.
“وَالْحَيَاءُ شُعْبَةٌ مِنْ الْإِيمَانِ”
“Dan rasa malu adalah satu bagian dari iman” (HR. Muttafaq ‘alaih).
• Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda dalam hadits ‘Imran bin Hushain radhiyallahu ‘anhu:
“الْحَيَاءُ خَيْرٌ كُلُّهُ” ،أَوْ قَالَ “الْحَيَاءُ كُلُّهُ خَيْرٌ”
“Rasa malu itu baik semuanya”, atau beliau bersabda: “Rasa malu itu semuanya baik” (HR. Muslim).
• Rasa malu merupakan salah satu faktor pendorong utama dalam setiap kebaikan, kebajikan dan ketaatan. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda dalam hadits ‘Imran bin Hushain radhiyallahu ‘anhu:
“الْحَيَاءُ لَا يَأْتِي إِلَّا بِخَيْرٍ”
“Rasa malu itu tidak mendatangkan selain kebaikan” (HR. Muttafaq ‘alih).
• Rasa malu merupakan salah satu faktor utama pencegah dan penghalang setiap keburukan dan kemungkaran. Perhatikan dan renungkan hadits ‘Imran bin Hushain radhiyallahu ‘anhu tersebut diatas.
• Akhlaq rasa malu merupakan salah satu akhlaq dasar Islam yang paling utama, bahkan ia termasuk yang menjadi dasar dan landasan bagi akhlaq-akhlaq lainnya.
• Akhlaq rasa malu ibarat bendungan penahan air atau kran air, dimana jika bendungan atau kran itu baik dan kokoh, maka air akan tertahan dan dialirkan sesuai kebutuhan secara terkontrol. Tapi jika bendungan atau kran tersebut rusak dan dol, maka air akan meluber kemana-mana secara tidak terkontrol. Demikian pula rasa malu, selama masih ada dan kuat, maka prilaku seseorang akan tetap terkontrol dengan baik. Namun jika rasa malu lemah atau bahkan hilang, maka seseorang akan menjadi seperti kuda liar yang lepas dari tali pengikatnya. Dalam hadits Abu Mas’ud Al-Badri radhiyallahu ‘anhu, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:
“إِنَّ مِمَّا أَدْرَكَ النَّاسُ مِنْ كَلَامِ النُّبُوَّةِ الْأُولَى إِذَا لَمْ تَسْتَحِ فَاصْنَعْ مَا شِئْتَ”
“Sesungguhnya diantara kata-kata kenabian terdahulu yang masih diingat oleh masyarakat adalah: “Jika kamu sudah tidak punya rasa malu lagi, maka berbuatlah sekehendakmu” (HR. Al-Bukhari).
• Akhlaq rasa malu, dengan demikian, merupakan salah satu parameter dan kunci utama bagi kebaikan dan kesalehan individu, keluarga, masyarakat dan bangsa.
KLASIFIKASI
1-Rasa malu terhadap Allah, yang merupakan dasar dan landasan pertama dan utama bagi setiap sara malu. Para ulama menjelaskan bahwa, hakekat rasa malu itu muncul dari sikap membandingkan antara besar dan beragamnya karunia Allah yang tidak terhitung dan antara minim dan lemahnya ketaatan sebagai bukti syukur seorang hamba pada Allah Yang Maha Pemberi dan Pemurah.
2-Rasa malu terhadap diri sendiri, yang merupakan buah langsung dari rasa malu terhadap Allah, dan sekaligus juga menjadi dasar dan landasan rasa malu-rasa malu yang lain.
3-Rasa malu terhadap malaikat, khususnya malaikat qariin (lihat HR. Muslim) dan para malaikat penjaga, pengawas dan pencatat amal manusia.
4-Rasa malu terhadap saudara-saudara kita yang saleh dari kalangan bangsa jin, dimana mereka diberi kemampuan melihat kita, sementara kita tidak bisa menyaksikan mereka (lihat QS. Al-A’raaf [7]: 27).
5-Rasa malu terhadap sesama manusia, khususnya orang-orang saleh diantara mereka dan orang-orang dekat yang mengenal kita.
6-Rasa malu terhadap seluruh makhluk Allah yang lainnya, dimana selain manusia dan jin, semuanya pada taat dan patuh kepada Allah Ta’ala, sehingga sepatutnyalah kita merasa malu jika mau berlaku durhaka dan maksiat.
Atau akhlaq rasa malu juga bisa dibagi dan diklasifikasikan sebagai berikut:
1-Rasa malu untuk/karena meninggalkan kewajiban (hal-hal yang berhukum fardhu dan wajib yang meliputi iman dan semua kewajiban agama).
2-Rasa malu untuk/karena meninggalkan kesunnahan (hal-hal yang berhukum sunnah yang dianjurkan berdasarkan contoh dari Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam).
3-Rasa malu untuk/karena meninggalkan kemuliaan (hal-hal yang termasuk kategori sifat dan sikap mulia selain yang jelas-jelas berhukum wajib dan sunnah).
4-Rasa malu untuk/karena melakukan pelanggaran, kemaksiatan dan hal-hal yang diharamkan dalam syariah Islam.
5-Rasa malu untuk/karena melakukan hal-hal yang berhukum syubhat dan makruh.
6-Rasa malu untuk/karena melakukan hal-hal yang melanggar adab, etika dan tata krama kepantasan di tengah-tengah masyarakat.
FAKTOR-FAKTOR PENYEBAB HILANG DAN LEMAHNYA RASA MALU
o Lemahnya aqidah dan rasa iman kepada Allah Ta’ala, karena sebagaimana telah disebutkan diatas bahwa, rasa malu adalah pasangan, buah dan konsekuensi iman, dimana antara keduanya tidak bisa dipisahkan.
o Banyak dan berulang-ulangnya tindak kemaksiatan yang menumpulkan iman dan membebalkan rasa malu.
o Marak dan tersebarluasnya berbagai tindak kemungkaran secara terbuka dan vulgar di tengah-tengah kehidupan masyarakat. Sehingga setiap pelaku kemaksiatan tidak lagi merasa malu karena yang lainnya dimana seharusnya dia merasa malu terhadapnya juga melakukan kemaksiatan yang sama seperti dia, atau bahkan lebih, juga tanpa rasa malu lagi. Dan jika demikian, biasanya kaedah-kaedah dan norma-norma jadi jungkir balik, dimana yang tabu menjadi tidak ditabukan lagi, dan yang semestinya tidak tabu malah dianggab tabu atau aneh atau nyeleneh dan seterusnya.
o Berada dan bergaul di tengah-tengah komunitas yang lemah atau bahkan hilang rasa malunya.
o Lemah atau hilangnya kontrol sosial berupa amar bilma’ruf dan nahi ‘anil munkar.
o Banyak dan berulang-ulangnya tindak kemaksiatan yang menumpulkan iman dan membebalkan rasa malu.
o Marak dan tersebarluasnya berbagai tindak kemungkaran secara terbuka dan vulgar di tengah-tengah kehidupan masyarakat. Sehingga setiap pelaku kemaksiatan tidak lagi merasa malu karena yang lainnya dimana seharusnya dia merasa malu terhadapnya juga melakukan kemaksiatan yang sama seperti dia, atau bahkan lebih, juga tanpa rasa malu lagi. Dan jika demikian, biasanya kaedah-kaedah dan norma-norma jadi jungkir balik, dimana yang tabu menjadi tidak ditabukan lagi, dan yang semestinya tidak tabu malah dianggab tabu atau aneh atau nyeleneh dan seterusnya.
o Berada dan bergaul di tengah-tengah komunitas yang lemah atau bahkan hilang rasa malunya.
o Lemah atau hilangnya kontrol sosial berupa amar bilma’ruf dan nahi ‘anil munkar.
Oleh: Ahmad Mudzoffar Jufri, MA
- See more at: http://inspirasiislami.com/index.php/2012/01/malu-bagian-dari-iman/#sthash.LOlPAJsf.dpuf
MALU
Rasa malu atau al-hayaa’ dalam bahasa Arab didefinisikan sebagai: suatu sifat yang ada dalam hati atau jiwa manusia, yang mendorongnya untuk melakukan kebaikan, kebajikan dan ketaatan, serta mencegahnya dari prilaku buruk, tercela dan yang memalukan.
Ada pula ulama yang memberikan definisi yang lebih dalam dengan mengatakan: Jika seorang hamba mengingat dan menyadari akan betapa luar biasa dan tak terhingganya nikmat serta rahmat Allah yang dilimpahkan kepadanya. Lalu ia bandingkan dengan betapa kecil, kerdil dan tak berartinya kadar amal yang ia upayakan dan lakukan dalam mensyukuri nikmat dan rahmat itu. Nah perasaan yang muncul dari hasil perbandingan antara nikmat dan taat itulah yang disebut rasa malu yang sebenarnya!
Apapun definisinya, yang jelas sifat rasa malu merupakan salah satu akhlak dasar Islam yang paling utama, bahkan ia termasuk yang menjadi pondasi dan landasan bagi akhlak-akhlak lainnya.
Bgitu vital dan menentukan peran akhlak rasa malu ini sehingga bisa diibaratkan bak sebuah bendungan penahan air atau kran air, dimana jika bendungan atau kran itu baik dan kokoh, maka air akan tertahan dan bisa dialirkan sesuai kebutuhan secara terkontrol. Tapi jika bendungan atau kran tersebut rusak dan dol, maka air akan meluber kemana-mana secara tidak terkontrol. Demikian pula rasa malu, selama masih ada dan kuat, maka prilaku seseorang, kondisi masyarakat dan situasi suatu bangsa, akan tetap terkontrol dengan baik. Namun jika rasa malu telah lemah atau bahkan hilang, maka seseorang, suatu masyarakat atau sebuah bangsa, akan menjadi seperti kuda liar yang lepas dari tali pengikat dan kendali pengontrolnya. Dan hal itu telah ditegaskan dalam hadits Abu Mas’ud Al-Badri radhiyallahu ‘anhu, dimana Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda (yang artinya): “Sesungguhnya diantara kata-kata kenabian terdahulu yang masih diingat oleh banyak orang adalah: “Jika kamu sudah tidak lagi mempunyai rasa malu, maka berbuatlah sekehendakmu/semaumu” (HR. Al-Bukhari). Tentu maksudnya adalah bahwa, jika sifat rasa malu telah hilang, maka kontrol diripun melayang dan hengkang.
Bgitu vital dan menentukan peran akhlak rasa malu ini sehingga bisa diibaratkan bak sebuah bendungan penahan air atau kran air, dimana jika bendungan atau kran itu baik dan kokoh, maka air akan tertahan dan bisa dialirkan sesuai kebutuhan secara terkontrol. Tapi jika bendungan atau kran tersebut rusak dan dol, maka air akan meluber kemana-mana secara tidak terkontrol. Demikian pula rasa malu, selama masih ada dan kuat, maka prilaku seseorang, kondisi masyarakat dan situasi suatu bangsa, akan tetap terkontrol dengan baik. Namun jika rasa malu telah lemah atau bahkan hilang, maka seseorang, suatu masyarakat atau sebuah bangsa, akan menjadi seperti kuda liar yang lepas dari tali pengikat dan kendali pengontrolnya. Dan hal itu telah ditegaskan dalam hadits Abu Mas’ud Al-Badri radhiyallahu ‘anhu, dimana Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda (yang artinya): “Sesungguhnya diantara kata-kata kenabian terdahulu yang masih diingat oleh banyak orang adalah: “Jika kamu sudah tidak lagi mempunyai rasa malu, maka berbuatlah sekehendakmu/semaumu” (HR. Al-Bukhari). Tentu maksudnya adalah bahwa, jika sifat rasa malu telah hilang, maka kontrol diripun melayang dan hengkang.
Maka sifat rasa malu, dengan demikian, merupakan salah satu penyebab dan pendorong utama bagi setiap bentuk kebaikan, kebajikan dan ketaatan dalam kehidupan. Sekaligus ia adalah salah satu faktor utama pencegah dan penghalang segala keburukan, kemungkaran, kenistaan dan kejahatan.
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: Dan rasa malu merupakan satu bagian (sangat vital dan mendasar) dari keimanan (HR. Muttafaq ‘alaih). Sehingga level keimanan seseorang sangat dipengaruhi dan ditentukan oleh kadar serta tingkat rasa malu yang ada di hatinya.
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: Dan rasa malu merupakan satu bagian (sangat vital dan mendasar) dari keimanan (HR. Muttafaq ‘alaih). Sehingga level keimanan seseorang sangat dipengaruhi dan ditentukan oleh kadar serta tingkat rasa malu yang ada di hatinya.
Dalam hadits lain Beliau shallallahu ‘alaihi wasallam juga bersabda (yang artinya): Rasa malu itu baik semuanya, atau dalam riwayat lain: Rasa malu itu semuanya baik (HR. Muslim). Oleh karena itu, janganlah pernah malu punya rasa malu!
Dan dalam riwayat hadits shahih lain lagi, Baginda Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam kembali menegaskan: Sifat malu itu tidak mendatangkan selain kebaikan (HR. Muttafaq ‘alih). Maka siapapun yang ingin agar kebaikan-kebaikan bagi diri dan kehidupannya tetap bertahan dan bahkan terus bertambah, maka hendaklah ia mempertahankan, meningkatkan dan mempertebal sifat rasa malu yang dimilikinya!
Jadi telah jelas sekali, sebagaimana ditegaskan dimuka bahwa, sifat rasa malu merupakan salah satu parameter utama kebaikan dan kesalehan bagi individu, keluarga, masyarakat, bangsa dan ummat.
Bukankah berbagai prilaku nista yang terdemonstrasikan dan terpampang secara vulgar di siang bolong dan tanpa tedeng aling-aling dimana-mana selama ini, adalah gara-gara telah pudar bahkan punahnya rasa malu yang hampir merata?
Karena umumnya orang hanya merasa malu dan sungkan terhadap orang-orang yang masih memiliki rasa malu dan sungkan dalam diri mereka.
Makanya terkait fenomena berbagai tindak dan aksi negatif, meskipun pelaku tak lagi bermalu misalnya, namun bila yang melihat dan menyaksikan masih punya malu, insyaallah hal-hal memalukan itu umumnya masih bisa tercegah dan tertahan.
Akan tetapi jika antara penonton dan yang ditonton, telah sama-sama tidak lagi merasa malu, maka pertunjukan memalukan seperti apa yang tak mungkin dipertontonkan?
Selanjutnya bagaimana seorang anak akan malu pada ibu bapaknya misalnya, jika banyak orang tua yang justru malu jika punya anak pemalu?
Bagaimana seorang anak akan malu pada bapak ibunya, jika prilaku orang tua sendiri justru tidak kalah memalukan?
Bagaimana seorang murid akan malu pada gurunya, jika sang gurulah justru yang mengajarkan padanya tindak dan prilaku tak patut?
Bagaimana pula seorang artis misalnya akan punya malu, jika yang paling seronok dan memalukanlah justru yang paling disuka oleh media dan menjadi idola bagi semua?
Bagaimana koruptor-koruptor kelas cicak akan malu, jika para koruptor buaya tetap saja menggila, leluasa dan merajalela?
Bagaimana rakyat akan malu pada pemimpinnya, jika para pemimpin sendiri tak lagi punya sisa malu pada rakyatnya?
Akhirnya, bila ada yang tanya, mengapa bangsa ini menjadi begitu memalukan sekarang ini? Maka jawabannya tak lain, adalah karena sifat malu telah lama tertutupi atau bahkan terhapus dari kamus moralnya!
Hasbunallahu wa ni’mal wakil! Wa la haula wa la quwwata illa billahil ‘Aliyyil ‘Adzim!
Oleh:Ustadz Ahmad Mudzoffar Jufri. MA
KENDALA RASA NIKMAT IMAN
Mengapa kebanyakan kita sangat tidak mudah untuk bisa merasakan nikmatnya keimanan, lezatnya ketaatan, khusyuknya peribadahan dan manisnya amal kebajikan? Umumnya karena level keberagamaan yang masih bersifat setengah-setengah, atau bahkan lebih rendah lagi.
Level dan sifat keberagamaan mayoritas kita umumnya masih berada di tataran seremoni (semangat peringatan-peringat
an), atau formalitas, atau maksimal wacana pemikiran teoritis belaka. Padahal keimanan dan keislaman sejati itu seharusnya benar-benar bisa merasuk ke hati, menyatu dengan jiwa, dan mewujud dalam rasa cinta dan ridha nan nyata.
Agar bisa merasakan nikmatnya amal saleh dan khusyuknya ibadah, kita memang harus beragama setotal mungkin. Dan syarat mutlaknya adalah, hawa nafsu harus mampu ditundukkan dan dikendalikan. Karena selama masih ada hawa nafsu tertentu yang secara permanen atau hampir permanen selalu diperturutkan, selama itu pula sikap ogah-ogahan akan senantiasa menyertai pelaksanaan setiap amal saleh dan penunaian setiap ibadah. Karena umumnya ketaatan itu memang masih disikapi sebagai beban berat yang harus ditanggung dan dilepaskan, dan belum dirasakan sebagai kebutuhan hidup yang dirindukan rasa nikmatnya dan buah lezatnya.
Allah Ta’ala berfirman (yang artinya): Hai orang-orang yang beriman, masuklah kamu ke dalam Islam keseluruhan (secara total), dan janganlah kamu turut langkah-langkah syetan. Sesungguhnya syetan itu musuh yang nyata bagimu (QS. Al-Baqarah [2]: 208).
Dan Baginda Sayyiduna Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda (yang artinya): Tak sempurna iman seseorang dari kalian sampai hawa nafsunya tunduk mengikuti ajaran yang aku bawa (Imam An-Nawawi rahimahullah berkata dalam kitab Al-Arba’in An-Nawawiyah: Hadits hasan shahih yang kami riwayatkan dalam kitab Al-Hujjah dengan sanad yang shahih).
Dalam hadits lain, Nabiyullah shallallahu ‘alaihi wasallam juga bersabda (yang artinya): Telah bisa merasakan nikmat/lezatnya iman, orang yang telah ridha terhadap Allah sebagai Tuhan (nya), ridha terhadap Islam sebagai agama (nya) dan ridha terhadap Muhammad (shallallahu ‘alaihi wasallam) sebagai rasul (nya) (HR. Muslim dari Al-‘Abbas radhiyallahu ‘anhu).
Dalam hadits lain, Nabiyullah shallallahu ‘alaihi wasallam juga bersabda (yang artinya): Telah bisa merasakan nikmat/lezatnya iman, orang yang telah ridha terhadap Allah sebagai Tuhan (nya), ridha terhadap Islam sebagai agama (nya) dan ridha terhadap Muhammad (shallallahu ‘alaihi wasallam) sebagai rasul (nya) (HR. Muslim dari Al-‘Abbas radhiyallahu ‘anhu).
Dan di dalam riwayat yang lain lagi Beliau shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda (yang artinya): Ada tiga hal dimana jika ketiganya ada dalam diri seseorang, maka ia bisa merasakan manisnya iman, yaitu: 1). Jika Allah dan Rasul-Nya telah ia cintai melebihi kecintaannya terhadap selain keduanya; 2). Jika ia mencintai seseorang benar-benar hanya karena Allah; dan 3). Jika ia benci untuk kembali kepada kekufuran seperti kebenciannya andai ia dilemparkan ke dalam api (HR. Al-Bukhari dan Muslim dari Anas bin Malik radhiyallahu ‘anhu).
Jadi rumusnya adalah: Tak memperturutkan hawa nafsu/menundukkan dan mengendalikannya = tak mengikuti langkah-langkah syetan = beriman dengan sepenuh rasa cinta hati dan ridha jiwa = berislam secara total = manisnya beriman, nikmatnya berislam dan lezatnya berketaatan!
Sedangkan rumus sebaliknya ialah: memperturutkan hawa nafsu = mengikuti langkah-langkah syetan = beriman sebatas teori logika, tak turun ke hati, dan tak sampai menjiwai = berislam secara setengah-setengah = beriman sebagai beban, berislam sebagai tanggungan dan berketaatan serasa menjenuhkan!
Oleh:Ustadz Ahmad Mudzoffar Jufri, MA
INI KHAUF UMAR, BAGAIMANA KHAUF KITA?
Diriwayatkan bahwa, Amirul Mukminin Umar bin Al-Khatthab radhiyallahu ‘anhu dulu biasa meminta anak-anak agar memohonkan ampunan kepada Allah untuk beliau seraya berkata: Kalian itu belum punya dosa!
Bahkan diriwayatkan pula bahwa, beliau pernah berkata: Seandainya Allah Ta’ala menjamin bahwa, seluruh manusia akan masuk Surga kecuali satu orang, niscaya aku tetap takut dan khawatir jangan-jangan akulah satu orang yang dikecualikan itu!
Dan satu lagi. Hudzaifah bin Al-Yaman radhiyallahu ‘anhu adalah satu-satunya sahabat yang diberitahu oleh Baginda Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam tentang nama-nama kaum munafik di Madinah saat itu. Nah, karena saking tingginya rasa takut Umar bin Al-Khatthab radhiyallahu ‘anhu terhadap penyakit hati yang paling menakutkan para sahabat, yakni kemunafikan, maka beliapun datang menemui sahabat Hudzaifah radhiyallahu ‘anhu, tentu setelah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam wafat, dan bertanya: “Apakah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam memasukkan namaku diantara nama-nama para munafikin yang beliau sebutkan kepadamu?”. Dan Hudzaifahpun menjawab dengan singkat: “Tidak!”.
Subhanallah! Begitu besar rasa khauf (takut dan khawatir) sahabat agung Umar bin Al-Khatthab radhiyallahu ‘anhu kalau-kalau dosa beliau tidak diampunkan oleh Allah Ta’ala, sampai-sampai beliau merasa perlu meminta bantuan anak-anak agar turut beristighfar bagi beliau, dengan harapan istighfar mereka yang tentu belum berdosa itu lebih dikabulkan!
Nah, bagaimana dengan kita dengan dosa yang tentu saja jauh lebih banyak dan menumpuk serta amal ibadah pas-pasan yang pasti jauh lebih sedikit?! Berapa prosen kira-kira rasa khauf yang kita miliki dibandingkan dengan rasa khauf Sayyidina Umar? Apakah sampai 10 %-nya? Ataukah masih lebih rendah lagi?
Allahu Akbar! Betapa luar biasa kejujuran iman sang teladan ini. Begitu besar dan istimewa rasa takut beliau terhadap neraka, padahal beliau tentu sangat tahu bahwa, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam, sebagaimana dalam banyak riwayat hadits shahih, telah menjamin, menegaskan dan memastikan bahwa, beliau adalah salah seorang ahli Surga!
Mari kita bandingkan dengan tingkat keimanan kita terhadap Surga dan Neraka. Mari kita raba hati kita masing-masing, seberapa kira-kira kadar rasa khauf/takut kita terhadap neraka Allah, dengan kondisi kita yang tanpa jaminan apapun untuk bisa masuk Surga dan selamat dari Neraka, kecuali hanya sekadar rasa raja’ (harapan) kepada luasnya rahmat Allah semata, jika dibandingkan dengan rasa khauf Sayyidina Umar seperti yang tergambar diatas, padahal beliau telah dijamin pasti masuk Surga?
Maa syaa-allah! Betapa ketat muraqabah, pengawasan dan penjagaan Sahabat Umar terhadap kemurnian iman beliau, padahal seluruh ulama Ahlussunnah Waljamaah sepanjang sejarah telah berijmak bahwa, beliau menempai peringkat ketiga diantara seluruh ummat ini dalam derajat keimanan, ketaqwaan dan kebaikan, setelah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam dan sahabat Abu Bakar Ash-Shiddiq radhiyallahu ‘anhu. Namun, meskipun demikian, ternyata beliau tetap saja sangat takut dan khawatir kalau-kalau iman dalam hati beliau masih tercampuri dan terjangkiti penyakit kemanunafikan. Sehingga untuk memastikannya, beliau sampai memaksa Sahabat Hudzaifah agar menjawab pertanyaan beliau seperti dalam riwayat dimuka, dimana itu berarti membuka sebagian rahasia Baginda Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam yang hanya diberikan kepada beliau (HUdzaifah) saja terkait nama-nama orang munafik. Oleh karena itu, setelah terpaksa menjawab pertanyaan Sahabat Umar tersebut, Sahabat Hudzaifah pun langsung membuat pernyataan bahwa, beliau tidak akan lagi menjawab pertanyaan serupa dari siapapun setelah itu!
Dan rasa takut yang demikian tinggi terhadap penyakit kemunafikan seperti yang ada pada Sayyidina Umar, memang merata dimiliki oleh para sahabat Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam. Salah seorang ulama generasi tabi’in, Imam Ibnu Abi Mulaikah rahimahullah pernah berkata: Aku telah bertemu (dan berguru) dengan tiga puluh orang diantara sahabat (Nabi) Muhammad (shallallahu ‘alaihi wasallam), dan aku dapati masing-masing meraka sangat takut dan khawatir jika penyakit kemunafikan sampai menjangkiti hatinya!
Ya Allah! Jaga dan peliharalah iman di hati kami, murnikan dan jauhkanlah ia dari kemunafikan dan segala penyakit hati dan penyakit keimanan lainnya, serta berikanlah hidayah dan taufiq-Mu, ya Allah, kepada kami, agar kami mampu tetap istiqamah dalam upaya menapaki jalan Islam agama-Mu, mengikuti tuntunan sunnah Rasul-Mu shallallahu ‘alaihi wasallam, dan meneladani generasi terbaik diantara hamba-hamba-Mu, para sahabat radhiyallahu ‘anhum, para ulama salafus saleh dan khalafus saleh sekaligus, rahimahumullahu ajma’in!
Ya Allah! Kami sadar bahwa, kami tidak akan mampu mencapai derajat mereka. Tapi kami memiliki rasa cinta dan wala’ yang semoga tulus terhadap para teladan itu semuanya, tanpa kecuali dan tanpa pembeda-bedaan sama sekali (diantara ulama salafus saleh dan ulama khalafus saleh seluruhnya)! Maka, sebagaimana janji dan sabda Rasul-Mu shallallahu ‘alaihi wasallam bahwa, “Engkau akan bersama yang engkau cintai” (HR. Muttafaq ‘alaih), pertemukanlah kami, ya Allah, dengan mereka, dan himpunlah kami bersama mereka, di bawah naungan rahmat-Mu, dan di dalam Surga-Mu! Aamiin
Oleh:Ustadz Ahmad Mudzoffar Jufri. MA
- See more at: http://inspirasiislami.com/index.php/2013/01/ini-khauf-umar-bagaimana-kauf-kita/#sthash.Q6oomrmh.dpuf
APA YANG DICERITAKAN ANAK-ANAK KITA DI BELAKANG KITA?
Saudaraku..
Abdullah bin Ahmad rahimahullah pernah menceritakan perihal ayahnya (Imam Ahmad):
Abdullah bin Ahmad rahimahullah pernah menceritakan perihal ayahnya (Imam Ahmad):
“Ayahku terbiasa membaca sepertujuh al Qur’an setiap hari. Ia mengkhatamkan al Qur’an setiap tujuh hari. Dan iapun mengkhatamkan al Qur’an setiap tujuh malam. Ia mengakhirkan shalat Isya’, lalu ia tidur beberapa saat. Lalu bangun dan shalat malam hi
ngga menjelang subuh. Selepas shalat subuh, ia berdo’a panjang. Setiap hari ia melaksanakan shalat sunnah sebanyak 300 raka’at. Setelah usianya uzur, dan ia rasakan tubuhnya mulai melemah, maka ia kurangi separuhnya. Di mana ia shalat sunnah sebanyak 150 raka’at sehari.”
(Mi’ah kisah min qashashi ash shalihin, Muh bin Hamid Abdul Wahhab).
(Mi’ah kisah min qashashi ash shalihin, Muh bin Hamid Abdul Wahhab).
Saudaraku..
Itulah profil orang tua yang menjadi teladan bagi anak-anaknya. Bukan hanya teladan dalam meriwayatkan hadits dan membekali diri dengan ilmu. Tapi juga teladan bagi anak-anaknya dalam ibadah dan mengukir prestasi ubudiyah di hadapan-Nya.
Itulah profil orang tua yang menjadi teladan bagi anak-anaknya. Bukan hanya teladan dalam meriwayatkan hadits dan membekali diri dengan ilmu. Tapi juga teladan bagi anak-anaknya dalam ibadah dan mengukir prestasi ubudiyah di hadapan-Nya.
Dari penuturan putera Imam Ahmad ini, dapat kita petik beberapa buah pelajaran dan manfaat darinya.
• Imam Ahmad, termasuk salah seorang ulama yang mampu mewariskan keshalihan pribadi dan ilmu pengetahuan terhadap anak-anak dan generasi sesudahnya. Dan hal ini yang jarang kita temukan pada ulama di zaman ini.
• Tarbiyah (pendidikan) anak yang dilakukan orang tua dengan keteladanan, memiliki dampak yang besar dan pengaruh yang terang dan membekas di hati anak-anaknya.
• Diminta atau tidak. Kita sukai atau tidak. Sepengetahuan kita atau tidak. Di masa hidup kita atau sepeninggal kita. Pasti anak-anak kita akan menceritakan kepada orang lain tentang siapa kita di matanya. Baik dari sisi positif maupun dari sisi negatifnya.
• Imam Ahmad adalah merupakan tipe orang tua yang sangat dicintai dan dibanggakan oleh anak-anaknya. Berbeda dengan kita. Barang kali mereka lebih mengenal kita dari kepribadian tercela; pelit, malas ibadah, tak mampu meredam emosi dan yang senada dengan itu.
• Kelebihan yang dimiliki oleh Imam Ahmad, mampu mengkhatamkan al Qur’an setiap tujuh hari dan setiap tujuh malam serta mampu melakukan shalat sunnah sebanyak 150 sampai 300 raka’at dalam sehari, merupakan karamah yang Allah berikan kepada hamba-hamba-Nya yang shalih dan dicintai-Nya. Yang tak mungkin dilakukan oleh kita yang jauh di bawahnya dari kwalitas iman dan ubudiyahnya.
• Karamah, bukanlah seperti yang dipahami oleh sebagian kaum muslimin, seperti kemampuan seseorang untuk melakukan shalat Jum’at di masjidil haram. Berlari di atas air. Terbang di udara. Memiliki kemampuan untuk meramal nasib seseorang dan seterusnya. Karena hal itu semua termasuk dalam katagori sihir. Karena diperoleh dengan jalan menjauhi berbagai aturan dan syari’at agama. Berbeda dengan karamah, yang tidak bisa diraih terkecuali dengan taqarrub kepada Allah swt.
• Berdekatan dengan kalamullah dan shalat malam serta do’a merupakan amalan istimewa di hadapan Allah. Yang dengannya Dia mencintai kita dan mengelompokkan kita menjadi ahlullah dan hamba-hamba khusus-Nya.
Saudaraku..
Bagaimana pendapat kita, apa yang selama ini dan akan dibicarakan anak-anak kita di belakang kita? Apakah mereka menceritakan kebaikan dan keteladanan kita dalam keluarga? Atau justru sebaliknya, menceritakan keburukan dan sisi-sisi gelap kehidupan kita dalam keluarga. Wallahu a’lam bishawab.
Bagaimana pendapat kita, apa yang selama ini dan akan dibicarakan anak-anak kita di belakang kita? Apakah mereka menceritakan kebaikan dan keteladanan kita dalam keluarga? Atau justru sebaliknya, menceritakan keburukan dan sisi-sisi gelap kehidupan kita dalam keluarga. Wallahu a’lam bishawab.
Riyadh, 07 September 2012 M
Sumber:Status Ustadz Abu Ja’far
- See more at: http://inspirasiislami.com/index.php/2012/09/apa-yang-diceritakan-anak-anak-kita-di-belakang-kita/#sthash.0VeZBVMW.dpuf
Langganan:
Postingan (Atom)