Kamis, 07 Februari 2013

Kaya Bukan Kemuliaan, Miskin Bukan Kehinaan

Jika kita disuruh memilih dua pilihan: kaya atau miskin, tentu kita akan memilih menjadi orang kaya daripada orang miskin. Hal ini sangatlah wajar dan masuk akal. Bahkan mungkin tidak ada orang yang mau dirinya jadi orang miskin. Sebab dengan kekayaan melimpah, kita bisa memperoleh segala yang kita ingini dan menikmati kesenangan yang barangkali orang lain tak mampu menikmatinya. Inilah jawapan klise yang umumnya dilontarkan oleh kebanyakan orang. Namun begitu, Allah dengan kemahatahuan akan hikmah dan pelajaran yang bisa dipetik oleh hamba-hamba-Nya, ternyata kaya dan miskin mutlak harus ada. Apa jadinya jika dunia ini hanya dipenuhi oleh orang kaya saja, atau sebaliknya? Jelas roda kehidupan tidak akan berputar dengan baik. Kaya dan miskin adalah ketetapan dari Allah yang harus disikapi dengan bijak, menurut kacamata Islam.

Ketahuilah bahwasanya kemiskinan dan kekayaan hanyalah ujian. Kaya atau miskin bukan ukuran mulia atau hina. Kekayaan boleh menjadi seksa, sedangkan kemiskinan boleh menjadi kurnia. Keduanya tak lebih dari ujian, mana yang mulia dan mana yang hina tergantung bagaimana masing-masing di antara kita menyikapi ujian tersebut.

Allah berfirman: "Dan demikianlah telah Kami uji sebahagian mereka (orang-orang yang kaya) dengan sebahagian mereka (orang-orang miskin), supaya (orang-orang yang kaya) berkata:" Orang-orang semacam inikah di antara kita yang diberi anugerah oleh Allah kepada mereka? " (Allah berfirman):" Tidakkah Allah lebih mengetahui tentang orang-orang yang bersyukur (kepada-Nya)
(QS. AL AN'AAM:53)

Ayat di atas menerangkan bahwasanya Allah Ta’ala menguji hamba-Nya dengan memberikan kenikmatan dan melimpahkan rezeki atasnya. Allah juga menguji manusia dengan sempitnya rezeki. Keduanya adalah ujian dan cubaan.

Harta tak selalu menjadi sumber kebahagiaan bagi pemiliknya. Fikiran tegang memburunya, memeras keringat ketika mendapatkannya, dan kebimbangan akan lenyapnya harta yang berada dalam genggamannya adalah indikasi yang bertentangan dengan kebahagiaan. Bahkan ujung dari seksa itu adalah penyesalan mendalam saat perpisahan antara dirinya dengan hartanya benar-benar terjadi. Mungkin karena hartanya lenyap oleh bencana, atau lantaran ajal yang memisahkan ia dengan hartanya. Pintu yang terakhir ini hanya tinggal menunggu waktu, tak satu pun manusia yang mampu mengelak darinya.

Semoga diri kita dijaga oleh Allah dari fitnah harta dan dijauhkan dari sifat tamak, bakhil, dan riya. Ingatlah, semua harta yang dimiliki akan diminta pertanggung jawab; dari mana harta itu kau dapatkan dan kau gunakan untuk apa?!

Dunia ini tak berharga bagi Allah SWT, sebagaimana sabda Rasulullah SAW: Seandainya dunia ini sama dengan sayap nyamuk di sisi Allah, nescaya Dia tidak akan memberi minum kepada orang kafir daripadanya dengan seteguk air pun. (HR Tirmidzi).

Wallahu a'lam.

0 komentar:

Posting Komentar