Saudaraku..
Siapa yang tidak pernah mengalami penyesalan dalam hidup? Semua kita pasti pernah merasakannya. Walaupun kadarnya tidak sama dan warna penyesalannya tentu berbeda.
Siapa yang tidak pernah mengalami penyesalan dalam hidup? Semua kita pasti pernah merasakannya. Walaupun kadarnya tidak sama dan warna penyesalannya tentu berbeda.
Ada yang menyesali kegagalannya dalam membangun usaha. Membina rumah tangga bahagia. Urung naik gaji dan promosi jabatan. Terhambat menyunting gadis tambatan hati. Belum berhasil menikahi wanita pribumi yang berhidung mancung. Gagal meraih prestasi puncak di dunia pendidikan. Nama baik tercemar karena ketergelinciran diri. Panen sawit dan karet mengalami penurunan. Orang tua kembali ke pangkuan-Nya sebelum kita memberikan hadiah terindah untuk keduanya. Dan seterusnya.
Demikian pula terkait dengan kebahagiaan hidup kita di akherat sana, semestinya penyesalan yang teramat dalam pun kita rasakan. Misalnya; belum menyelesaikan hafalan al Qur’an walau setengahnya, padahal kita domisili di Saudi lebih dari sepuluh tahun. Belum banyak hadits Nabi saw yang mampu kita hafalkan, terutama dari kitab Bulughul Maram dan Riyadhus Shalihin.
Belum pernah menyempurnakan I’tikaf 10 hari atau malam terakhir Ramadhan di Masjidil Haram. Tidak tekun dalam mendalami ilmu-ilmu syar’i, padahal waktu dan fasilitas terhampar di depan mata. Dan seterusnya.
Saudaraku..
Menyesali kekurangan diri kita. Menyadari kelemahan diri. Dan menetesnya air mata terhadap cita-cita dan mimpi dunia akherat yang belum terwujud. Bisa menjadi pelecut dan semacam pelontar, yang akan memicu dan melemparkan kita ke puncak prestasi dunia dan akherat.
Menyesali kekurangan diri kita. Menyadari kelemahan diri. Dan menetesnya air mata terhadap cita-cita dan mimpi dunia akherat yang belum terwujud. Bisa menjadi pelecut dan semacam pelontar, yang akan memicu dan melemparkan kita ke puncak prestasi dunia dan akherat.
Tapi jika penyesalan kita justru menghanyutkan kita pada kekecewaan yang berlebihan. Merasa harapan telah sirna. Pintu mimpi telah tertutup. Dan yang senada dengan itu. Maka berarti kita telah berputus asa dari rahmat Allah swt, yang merupakan bibit dari kekufuran. Ini merupakan model penyesalan yang akan melemparkan kita ke lembah kesengsaraan.
Saudaraku..
Para sahabat Nabi saw, juga biasa merasakan penyesalan. Yang tentunya membuahkan manfaat dan kebaikan dalam hidup.
Para sahabat Nabi saw, juga biasa merasakan penyesalan. Yang tentunya membuahkan manfaat dan kebaikan dalam hidup.
Abdullah bin Mas’ud ra pernah bertutur:
“Tiada penyesalan yang lebih kurasakan dalam hidup, daripada saat ku saksikan matahari telah terbenam (di ufuk barat). Di mana jatah usiaku telah berkurang (pada petang itu), namun amal (shalih)-ku tidak bertambah.”
(kaifa tuthilu umrka al intaji, DR. Muhammad Ibrahim an Na’im).
“Tiada penyesalan yang lebih kurasakan dalam hidup, daripada saat ku saksikan matahari telah terbenam (di ufuk barat). Di mana jatah usiaku telah berkurang (pada petang itu), namun amal (shalih)-ku tidak bertambah.”
(kaifa tuthilu umrka al intaji, DR. Muhammad Ibrahim an Na’im).
Saudaraku…
Sudahkah kita menyesal hari ini? Dan apa yang kita sesalkan? Mudah-mudahan penyesalan yang menaburkan kebaikan dan membuahkan keceriaan untuk masa depan kita di sana. Seperti penyesalan Abdullah bin Mas’ud ra. Semoga. Wallahu a’lam bishawab.
Sudahkah kita menyesal hari ini? Dan apa yang kita sesalkan? Mudah-mudahan penyesalan yang menaburkan kebaikan dan membuahkan keceriaan untuk masa depan kita di sana. Seperti penyesalan Abdullah bin Mas’ud ra. Semoga. Wallahu a’lam bishawab.
0 komentar:
Posting Komentar