Kamis, 08 November 2012

Mencintai dan Dicintai Karena Allah

Berbicara tentang cinta adalah berbicara tentang rasa suka, rasa tenang dan tenteram, rasa rindu dan pengharapan. Namun tidak jarang dalam hubungan dengan sesama, kita merasakan kekecewaan, kekesalan, bahkan kemarahan yang akan berakhir pada perselisihan dan perpecahan. Padahal, sejatinya cinta bersifat menguatkan, bukan menghancurkan, ia menyuburkan, bukan membunuh, ia menyembuhkan, bukan menyakiti, sehingga cinta haruslah membuat sang pencinta menjadi orang yang lebih bahagia, bersemangat dan produktif. Ketika hubungan dua manusia tidak lagi memberikan kebahagiaan, dan tidak memberikan manfaat tidak hanya bagi keduanya, melainkan juga kepada lingkungan sekitarnya, maka perlu ditinjau kembali perasaan cinta yang melandasi keduanya. Cinta semacam itu adalah cinta yang sudah dikotori oleh hawa nafsu. Lalu bagaimanakah hakikat dari cinta sejati? Cinta sejati adalah cinta yang dilandasi atas kecintaan seorang hamba kepada Rabbnya. Sesungguhnya cinta sejati adalah fitrah yang diberikan Allah kepada orang-orang mukmin. "Sesungguhnya orang-orang yang beriman dan beramal shaleh, kelak Allah Yang Maha Pemurah akan menanamkan dalam (hati) mereka rasa kasih sayang." (QS. Maryam: 96). Cinta sejati adalah cinta yang dibingkai oleh iman kepada Allah SWT. Bahkan Rasulullah SAW. telah berjanji kepada siapa saja yang mampu melaksanakan tiga perkara, ia pasti akan mereguk lezatnya iman. Rasulullah SAW bersabda : Dari Anas bin Malik ra berkata, Nabi Muhammad SAW bersabda: “Seseorang tidak akan pernah mendapatkan manisnya iman sehingga ia mencintai seseorang, tidak mencintainya kecuali karena Allah, sehingga ia dilemparkan ke dalam api lebih ia sukai daripada kembali kepada kekufuran setelah Allah selamatkan darinya dan sehingga Allah dan Rasul-Nya lebih ia cintai daripada selainnya.” (HR. Bukhari) Dengan demikian, seorang mukmin tidak akan mencintai apapun dan siapapun apabila cinta itu membuatnya jauh dari kebenaran, membuatnya meninggalkan perintah Allah dan sunnah Rasul, atau bahkan membuatnya melakukan hal-hal yang dibenci Allah. Sebaliknya, cinta tumbuh bersemi karena adanya iman, amal sholeh dan akhlaq mulia, bukan berdasarkan balasan yang kita terima dari orang yang kita cintai. Cinta sejati akan bertambah ketika iman orang yang kita cintai ikut bertambah. Cinta sejati adalah cinta yang menyandarkan harapan terbesarnya hanya kepada Allah. Cinta seperti ini membebaskan manusia dari perasaan kecewa karena sungguh, tidak akan kembali pengharapan seorang makhluk kepada makhluk yang lain melainkan ia akan kembali berupa kekecewaan. Apalah yang bisa dilakukan seorang makhluk untuk memuaskan makhluk yang lain, sedangkan untuk memuaskan dirinya sendiri saja dia tidak bisa? Hanya kepada Allah lah berpulang semua pengharapan. Seorang peneliti dari Researchers at National Autonomous University of Mexico mengungkapkan bahwa rasa tergila-gila muncul pada awal jatuh cinta disebabkan oleh aktivasi dan pengeluaran komponen kimia spesifik di otak, berupa hormon dopamin, endorfin, feromon, oxytocin, neuropinephrine yang membuat seseorang merasa bahagia, berbunga-bunga dan berseri-seri. Seiring berjalannya waktu dan terpaan badai tanggung jawab dan dinamika kehidupan, efek hormon-hormon itu berkurang lalu menghilang. Rasa tergila-gila dan cinta pada seseorang tidak akan bertahan lebih dari empat tahun. Karenanya, tanpa ikatan yang berdasar karena ketuhanan, rasa cinta itu bersifat sangat sementara. Mencinta dan dicinta karena Allah SWT-lah yang bisa melanggengkan pasangan suami istri, yang bisa melangengkan cinta orang tua pada anaknya dan sebaliknya, yang tentu juga akan menguatkan cinta saudara seiman dan juga meningkatkan kepedulian terhadap sesama. Mudah-mudahan kita termasuk orang-orang yang telah dijanjikan Allah naungan pada hari kiamat, ketika tidak ada lagi naungan selain naungan-Nya. Aamiin. Dari Abu Hurairah radhiyallahu `anhu, Rasulullah Shallallahu `Alaihi wa Sallam bersabda: Allah berfirman pada Hari Kiamat, “Dimanakah orang-orang yang saling mencintai karena keagungan-Ku pada hari ini? Aku akan menaungi mereka dalam naungan-Ku pada hari yang tiada naungan kecuali naungan-Ku.” (HR. Muslim; Shahih).

0 komentar:

Posting Komentar